Saya tadi ke Pasar Kecapi, Jatiwarna, Bekasi, Jabar, membeli pengki lipat. Harganya Rp30.000, lebih murah Rp5.000 daripada toko sapu di gerbang kompleks sebelah. Rp5.000 itu penting untuk ego saya supaya merasa pintar, bisa menawar. Lebih jauh mengayuh sepeda ya biar.
Di lapak daring, harga pengki lipat Lion Star Rp24.000—Rp62.500. Kalau saya membeli yang termurah, ongkir paling rendah Rp12.000 (Sicepat Halu), paling tinggi Rp51.500 (Grab Express).
Maka membeli ke pasar kampung adalah pilihan tepat. Persoalan bagaimana membawanya sudah saya rancang. Maka si penjual saya minta membuat selempang dari tali rafia supaya bisa saya bawa naik sepeda.
Nyaman? Kurang. Selempang terasa sesak karena badan si penjual pendek dan tak segendut saya. Saat uji coba saya saya sudah minta selempang diperlonggar. Tapi nyatanya…
¬ Bukan posting berbayar maupun titipan
9 Comments
Anak RW dan CA yang bernama Pengki itu dinamakan seperti itu karena di kampusnya dulu hanya dia yang menyebut ekrak sebagai pengki, maka lahirlah nickname tersebut.
Ooooo itu ceritanya
Baru tahu saya. 🙏😇🙊🙈
Hidup Republik Ndembik
Oooh pengki itu ternyata ekrak, to?
#lagi2 baru tahu.
#memang ndembik.
Update : barusan tanya istri, apakah ngerti pengki = ekrak? Dia bilang tidak tahu. Yang dia tahu adalah pengkik = ekrak. Nah, saya baru tahu juga kata pengkik (dibaca spt pekik) ini. 🙈
Pengki, setahu saya waktu kecil, adalah istilah Jakarta. Ya, karena pengaruh lafal Sunda, kadang disebut pengkik. Istilah Jawa lain untuk pengki adalah cikrak. Kata ini yang dipungut oleh KBBI.
Iya, istri tadi bilang, setahu dia pengkik itu populernya di Jabar. Sy nggak tahu dia dpt referensi/ngerti dari mana. 😁
Orange Jabar seperti halnya Jakarta sejak duku menyebut pengki.
Dulu waktu saya SD nonton film Benyamin dia sebagai Pangky, dilafalkan pengki.
Kata bude saya yg orang Jkt, sambil tertawa, pengki itu ekrak
Orang Jawa akhirnya lebih tahu pengki, spt yang Njenengan ceritakan 🙏