Teko teh ini tidak kami pakai saban hari, hanya kadang kala ketika ingin menikmati teh hitam melati Jawa yang kadang ada tangkainya itu — yang oplosan ala Sala lebih sip. Berbahan gelas, bagian dalam teko tak mudah dibersihkan dari jejak warna teh.
Akhirnya saya bersihkan. Paling sulit adalah bagian leher teko. Sebetulnya tak sulit. Tinggal memanfaatkan Cif dan sikat korokan untung sedotan logam minuman. Tangkai kawatnya fleksibel, bisa dibengkak-bengkokkan.
Lalu apa masalahnya? Pertama: kemalasan dua pihak. Pihak satu adalah ART, dulu ketika dia tidak bisa membersihkan ya cuma kami maklumi, namanya juga teh pasti meninggalkan jejak. Adapun pihak dua adalah saya, tak memberi contoh karena saya jarang di rumah. Apalagi saat istri saya masih bekerja.
Kedua: masih bertaut dengan yang pertama, saya baru tahu sekian kerepotan domestik setelah di rumah terus dan tak ada ART. Saya boleh mendaku mencuci piring dan gelas lebih baik daripada ART, demikian pula mengepel, tapi tanpa bukti dan demo sama saja dengan Profesor Jarkoni.
Soal mendaku itu jelas subjektif, sepihak. Faktanya bisa tidak. Lalu apakah leher teko kembali bersih total? Tidak kalau mau seratus persen. Pada pucuk leher masih ada endapan lekat. Tapi saya biarkan. Saya yakin dalam pencucian berikutnya akan bersih. Tak semua pekerjaan harus tuntas tas tas tas karena ini bukan order jasa berbayar.
13 Comments
(((jarkoni))) 🤣
dah lama ga denger kata ini
Maka perkenalkanlah di Jerman
Belakangan saya baru tahu bahwa abu gosok bisa digunakan untuk membersihkan noda teh dengan mudah.
Sangat betul. Zaman dulu pakai itu. Tapi di kota susah nyarinya. Bahkan dulu, zaman pahit, di desa orang gosok gigi pakai abu. Bersih tapi email rusak.
BTW pekerjaan domestik memang mengasyikkan, dan melelahkan. Begitu mulai lelah, saya berhenti, lalu pegang ponsel, atau lihat film di televisi, karena ini bukan order jasa berbayar.😬
Maka pahamilah kerepotan ibu yang bekerja mencari nafkah dan sekalian bertanggung jawab atas urusan domestik 🙏
Tapi kadang ada kalimat, “… cuma ibu rumah tangga.” Kok cuma? Emang enteng?
Betul, Paman, betul. Tidak ada cuma, malah luar biasa.
Sip, skoy, kinclong, kayak barang baru.👍
Semua orang bisa melakukan kok, Lik Jun. 🙏
Jadi ini ndak istimewa. 😇
Betul. Yg istimewa itu martabak, Paman. 😁
Jogja juga istimewa