Di Jakarta Raya saya buta mata angin. Banyak teman saya, terutama yang tidak salat, juga tak cepat mengenali mata angin. Tentu kalau arah hadap rumah saya di Bekasi saya tahu sebelum ada Google Maps, selain saya tahu dari peta Jabodetabek karya Gunther Holtorf juga dari matahari terbit dan arah hadap masjid dekat rumah.
Ketika dalam mal ada south gate dan west wing, pedoman saya adalah rambu petunjuk dan menanya satpam. Kalau atribut mata angin diganti nama lain? Saya juga bingung karena tak hafal.
Posting 2011 ini mewakili kebingungan saya. Di Plaza Semanggi saya malah kehilangan orientasi, mana harus pindah lift pula.
2 Comments
Saya tdk buta mata angin tapi di tempat2 tertentu saya bingung dan “salah arah”. Misalnya kantor koran TribunJogja menurut saya menghadap ke barat ternyata ke utara. Sampai kini saya tetap menganggap menghadap ke barat.
Hahahaha… 🤣