Foto flora dan fauna yang bagus adalah masalah bagi media berita di mana pun. Banyak yang tak punya koleksi sendiri, sehingga solusinya adalah membeli dari bank foto atau memasang foto pihak lain secara legal — tapi cara paling mudah, atas nama kejaran tenggat, adalah main embat foto entah dari mana dengan kredit “istimewa” maupun “internet”. Terkesan kurang menghargai karya pihak lain, dengan dalih, “Media lain juga gitu.”
Jepretan wartawan Kompas tentang cenderawasih yang dimuat hari ini bagi saya menarik. Tak mudah memotret dan memvideokan satwa di alam liar.
Berikut ini kapsi untuk keempat foto di halaman depan:
Searah jarum jam: Burung cenderawasih paruh sabit kurikuri (Epimachus fastosus) betina (kiri atas), cenderawasih kerah (Lophorina superba) jantan atau disebut superb bird-of-paradise (kanan atas), dan cenderawasih parotia arfak (Parotia sefilata) betina (kanan bawah). Tiga burung cenderawasih tersebut terlihat di salah satu lokasi pengamatan burung di Kampung Kwau, Kabupaten Manokwari, Papua Barat, Senin (12/4/2021). Adapun burung cenderawasih kuning kecil (Paradisaea minor) tampak di kawasan hutan Distrik Nimbokrang, Kabupaten Jayapura, Papua, Rabu (24/11) (kiri bawah).
2 Comments
Main kredit “istimewa” dan “internet” juga pernah saya lakukan, dulu.
Mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kebiasaan media cetak ketika belum semua pembaca mengakses internet. Kini gambar asli atau pertama dapat dilacak, bahkan menghasilkan somasi.