Anuku sudah kuobati, bukan barang basi

▒ Lama baca < 1 menit

Yang lebih menarik dari punggung kaus Mas Agus penjual kelapa muda ini bukanlah sekian gambar bungkus rokok untuk lelucon melainkan klaim bahwa kaus itu bikinan Dagadu Djogdja.

Apakah itu kaus ori? Saya menduga tidak. Dagadu menggunakan atribut Djokdja, bukan Djogdja. Itu jenama sejak awal, awal 1990-an, sebelum Sultan HB X menetapkan brand Jogja Never Ending Asia* — kemudian menjadi Jogja Istimewa dengan logo baru.

Produk Dagadu termasuk merek yang laku dipalsukan. Jaringan pemalsunya pede, sehingga tukang becak dulu bisa menawarkan turis domestik ke “Dagadu yang lebih murah”.

Ketika Dagadu aseli memasang balon promo di atas Malioboro Mall, untuk tetenger, pelembungan gas dikempiskan dengan peluru senapan angin.

*) Yogyakarta, sebagai kota dan daerah istimewa, adalah nama administratif. Penyebutan ringkas versi tertulis, dalam ejaan baru, adalah Yogya. Dalam bahasa Jawa, penyebutan lisannya adalah Yoja, dan sebagian orang Jateng menyebutnya Yug-ja. Adapun Jogja adalah nama ruang kehidupan dan kultural di DIY, tak hanya Kota Yogyakarta.

4 Comments

Zam Selasa 8 Februari 2022 ~ 14.42 Reply

saya dulu termasuk konsumen “dagadu murah”.. karena belum mampu beli.. fenomena dagadu ini jadi pemicu bisnis kaos sejenis. di Solo sempat muncul jenama “Dadung” berlogo tali, yang mirip-mirip, tapi menurut saya “tidak selucu dagadu si kaos pekajaman” 😆

btw, apakah Dagadu masih ada?

Pemilik Blog Selasa 8 Februari 2022 ~ 16.56 Reply

Ya, di Solo ada Dadung. Saya sempat punya.
Dagadu masih ada.

junianto Sabtu 5 Februari 2022 ~ 10.14 Reply

Belakangan ini, kayaknya, tukang becak jarang menggiring maupun menawarkan ke “Dagadu yg lbh murah” maupun ori. Yang masih tetap adalah menawarkan ke pabrik/toko bakpia enak tur murah.

Antyo® Sabtu 5 Februari 2022 ~ 10.57 Reply

Betul. Maka saya sebut dulu. Selera orang sudah berubah, apalagi setiap orang bisa bikin kaus sendiri. Era Joger dan Dagadu sudah lewat.

Tinggalkan Balasan