Perubahan gambar pada bokong truk

Makin banyak gambar dan stiker truk yang syarii. Era gambar seksi akan segera tamat?

β–’ Lama baca < 1 menit

Anda pasti pernah mendengar komentar orang lain, atau malah oleh Anda sendiri, tentang seseorang, “Payah, selera humornya kayak sopir truk.”

Saya tak tahu selera sopir truk itu macam apa. Tapi saya teringat guyon bak truk yang bisa bikin jengah, berupa teks maupun gambar. Melecehkan janda dianggap jamak.

Sopir truk, yang diwakili oleh truknya, punya media ekspresi. Seperti orang berkaus dengan gambar dan tulisan: memuat statetement.

Sejauh saya amati sekilas, selama dua puluh tahun ini, pascareformasi, pesan visual dalam bodi truk, terutama pantat, memancarkan konten syarii. Misalnya perempuan berkerudung, kutipan ayat, atau gambar orang sepuh yang memberi kesan seorang kiai. Begitu pula rindu keluarga.

Amatan sekilas karena saya tak mengikuti semua truk bergambar dan membuat dokumentasinya. Kebetulan barusan saya tersesat ke sebuah lokapasar oleh iklan replika truk dan malah menemukan aneka stiker. Tapi semuanya generik karena teknologi digital.

Pola dekorasi truk memang sudah berubah seiring makin murahnya cetak digital di atas stiker. Urusan gambar, dari mengolah sampai mencetak, menjadi lebih gampang. Tak ada lagi penggunaan kuas maupun cat semprot untuk menggambari bak truk.

Dulu ragam lukisan bak truk itu kaya, tergantung pelukisnya. Ada yang bagus dalam gaya kuas maupun semprot, begitu pun kualitasnya. Tapi banyak yang juga yang merdeka dalam melukis potret beserta anatominya. Abad lalu banget saya pernah melihat gambar seorang perempuan berbaju tipis terbuka, mengangkat lengan menunjukkan semak belukar. Tanpa tulisan Eva Arnas (ya, pakai “s”, bukan “z”) saya tak tahu siapa yang dimaksud sosok yang terpiuh itu. Saat itu memang era ketiak alami.

Menjelang 2010 ketika jasa cetak digital sampai kota kecamatan, sopirnya juga lebih muda, bak truk pun bergambar bintang JAV karena foto tinggal unduh. Miyabi masih populer saat itu. Tapi kini gambar macam itu kini surut.

Gambar-gambar itu karena selera juragan atau sopir? Untuk truk sedang, ukuran engkel, dengan dua sumbu roda, tampaknya sebagian karena selera pemilik. Truk lebih bersih, dan kata sopir, diparkir di rumah juragan. Jika bak truk bergambar bocah, itu foto anak pemilik, bukan sopir apalagi kernet.

Adapun truk besar, termasuk gandengan, yang umumnya jorok itu, diparkir di pool, bukan rumah juragan. Sang juragan, kata seorang sopir, juga tak mengontrol gambar, apalagi kalau cuma kelebet penutup roda belakang.

Kalau tentang cewek duta truk, ini kisahnya.

Β¬ Foto-foto truk (bukan stiker) termasuk kolase: Kaskus, Kapanlagi, Detik

6 Comments

Zam Senin 24 Januari 2022 ~ 20.18 Reply

di Twitter sempat ada yang posting foto selebtwit dipake gambarnya jadi tokoh di bokong truck πŸ˜†

Pemilik Blog Senin 24 Januari 2022 ~ 20.29 Reply

Naaaaaaaaaa bisa nuntut itu. Pakai somasi dulu.
Dulu cara Akbar Tandjung melawan buku Bulogate adalah menyoal pemuatan foto wajah di sampul tanpa izin. Bukan menyoal isi buku yang dirangkum dari arsip media.

junianto Senin 24 Januari 2022 ~ 14.39 Reply

Jadi inget, dulu ada blog khusus yang posting bongso beginian, tapi saya lupa nama blognya. Namanya apa, Paman?

Pemilik Blog Senin 24 Januari 2022 ~ 14.44 Reply

Bokong truk. Karena urusan hosting dan domain ternyata ribet, oleh sebuah startup di Surabaya, lantas blog itu dibiarkan mati

junianto Senin 24 Januari 2022 ~ 08.04 Reply

https://blogombal.com/2014/01/16/goyang-pantat-truk/

Dahulu kala yg populer bongso buronan mertua dan buronan istri mudaπŸ˜‚πŸ–•

Pemilik Blog Senin 24 Januari 2022 ~ 18.21 Reply

Aha! Nemu aja! πŸ™πŸŒΊπŸ‘
Di trail perlu pasang stiker itu.

Tinggalkan Balasan