Salak Tirtonadi bukan teman peach dan grapefruit

Kata persik terlupakan, malah lebih dikenal sebagai nama artis. Apa bahasa indonesianya grapefruit?

▒ Lama baca < 1 menit

Buah salak buah ular, sudah tanak masih diputar

Setidaknya dalam benak saya ada dua lagu yang menyebut salak. Pertama lagu Kris Biantoro, “Dhondhong Apa Salak”. Kedua, tak tahu judulnya, maupun penyanyinya, tapi waktu kecil saya dengar di radio, “salaké legi-legi, salak Tirtonadi” *.

Beberapa kali saya menceritakan si buah ular di blog ini. Dari soal mencuri lalu dikejar-kejar sampai cuci mulut untuk makan siang dari katering.

Ada sih yang belum saya ceritakan. Suatu siang, seorang cewek, pemain teater di Yogyakarta, singgah di kantor saya di Jatibaru, Jakpus. Dia membawa miras binti minol hasil fermentasi salak. Saya panik. Kantor saya yang itu bukan lagi kantor lama rumahan, mirip sanggar, di Jalan Langsat, Jaksel, sehingga yang orang bisa membawa buah tangan air api untuk dinikmati di tempat kerja. Akhirnya saya beri pengertian.

Kali ini saya berbagi catatan tentang nama buah. Ada sejumlah buah yang nama latinnya mengangkut nama lokal, misalnya salak adalah Salacca zalacca. Sedangkan durian adalah
Durio zibethinus. Mangga adalah Mangifera indica — tapi bukankah nama lokal versi Jawa adalah pelem dan Melayu adalah mempelam?

Selain itu saya tak tahu buah apa lagi. Kalau pepaya, Carica papaya, tampaknya dari nama lokal di Amerika Latin. Demikian pula nanas, yang dalam kartu kuartet tempo dulu disebut ananas, nama latinnya adalah Ananas comosus.

Lalu soal nama versi Inggris. Salak adalah snake fruit. Nangka adalah jackfruit. Manggis adalah mangosteen. Belimbing adalah star fruit.

Bagaimana bahasa Indonesia menyerap nama buah luar? Apple jadi apel. Pear jadi pir. Peach? Akhirnya orang mengucapkan “pich” dalam lafal Indonesia, jika Anda bilang persik (dari bahasa Belanda perzik) malah bikin bingung orang lain padahal kosakata lawas itu ada di KBBI .

Sekian lama saya bingung terjemahan Indonesia untuk grapefruit yang bukan buah anggur itu. Ternyata ada yang menyebut “jeruk bali merah” dan “limau gadang”. Anda pernah dengar dua kata itu?

*) Dari seorang kawan, wartawan musik, saya diberi tahu, bukan tempe, judulnya adalah “Manuk Podang” (Titiek Sandhora, album Djangan Ngintip, 1970)

6 Comments

Zam Senin 24 Januari 2022 ~ 05.16 Reply

saya baru mengenal banyak jenia jeruk waktu di sini, paman. ada orange, mandarin, tamarin, clementine, dan termasuk grapefruit. cara mengupas buah ini juga beda-beda, ada yang bisa dimakan langsung ada yang diperas buat minuman.

soal persik, saya juga pertama kali makan buah ini di sini. termasuk nektarin yang mirip persik tapi beda sedikit. nektarin kulitnya licin, persik ada semacam bulunya. juga plum, yang sepertinya masih kerabat.

oiya, ada satu lagi. buah kesemek. di sini sering disebut dengan buah kaki, diambil dari nama latin. dan saya baru tahu bahwa bedak pada buah kesemek di Indonesia adalah berasal dari endapan air kapur yang digunakan untuk mencuci dan mensterilkan buah.

kalo soal salak, kata yang langsung muncul adalah “pondoh”.. sementara “salak bali” saya kurang suka karena sepet..

Pemilik Blog Senin 24 Januari 2022 ~ 07.31 Reply

Perzik juga ada dalam bahasa Jerman kan?
Kalau nektarin saya belum pernah.
Soal kesemak yang meblok-memblok seperti foto meme tiwas dandan ora diajak lunga, ohhhhhh sudah sekian tahun saya nggak ngerasain. Jadi pengin.

Zam Selasa 25 Januari 2022 ~ 00.23 Reply

persik ini bahasa Jermannya Pfirsich..

buah kesemek di sini besar-besar dan manis, hampir ngga ada rasa pahitnya.

buah ciplukan pun ada, paman. besar-besar, kuning, dan manis.

buah biasanya sari Spanyol, Italia, Kolombia, juga beberapa negara Afrika.

Pemilik Blog Selasa 25 Januari 2022 ~ 05.48

Yang dari Afrika apa misalnya? Mango?

Pemilik Blog Minggu 23 Januari 2022 ~ 12.37 Reply

Bapaknya tentara. Titiek semata bersekolah di SD Kalicacing, Salatiga

junianto Minggu 23 Januari 2022 ~ 12.07 Reply

Tadi sekitar jam 06.00 saya dengarkan lagu Hatimu Hatiku dinyanyikan Titiek Sandhora dan suaminya, Muchsin Alatas, disetel tetangga sebelah utara saya😁
Sejak abad lalu sy mengira Titiek Sandhora itu kelahiran kota saya, Solo. Ternyata menurut Wikipedia yg sy baca tadi, ia lahir di Bentar, Salem, Brebes, Jateng.

Versi istri saya saat saya tanya tadi pagi, Titiek Sandhora memang tdk lahir di Solo tapi pernah tinggal di Solo bersama orang tuanya. “Bapakke yen ora pulisi ya tentara.”

Tinggalkan Balasan