Elpiji melon si miskin dan masalah pipa gas

Belum tentu orang mampu yang membeli gas melon itu tamak. Bisa karena demi kepraktisan.

▒ Lama baca < 1 menit

Elpiji melon untuk orang miskin dan orang mampu

Pencabutan subsidi gas elpiji* melon belum kunjung kelar, sampai hari ini harga elpiji dalam tabung hijau pupus isi tiga kilogram belum naik. Pemerintah berencana mengonversi subsidi ke BLT. Kenapa? Supaya tak salah sasaran. Meskipun tabung bertuliskan “hanya untuk masyarakat miskin”, pembelinya juga orang mampu. Tamakkah mereka? Belum tentu.

Dulu saya naif, berpendapat begitu. Tak selamanya para pembeli itu tamak, mengejar harga murah. Ada juga alasan kepraktisan. Bagi kaum sepuh, elpiji biru 12 kilogram terlalu berat kecuali ada orang yang membantu. Soal lain adalah ukuran dapur. Tabung biru selain berat juga menyesaki tempat.

Lalu muncul tabung jambon 5,5 kilogram. Tapi tak semua warung menjual si Pinky Brightgas ini. Orang kadung terbiasa dengan opsi tabung biru atau melon.

Konversi minyak tanah ke elpiji ternyata berbuntut panjang. Ada saja masalahnya.

Di sisi lain, untuk perkotaan, pipa distribusi PGN belum merata. Di kecamatan saya, Pondokmelati, Bekasi, sudah terpasang pipa gas di sejumlah titik. Ya hanya terpasang. Lalu setelah ada pandemi tak ada kabar kapan sampai ke rumah warga. Memang sih, urusan gali-menggali itu mahal.

Kelebihan gas PGN adalah tak perlu tabung, berat jenisnya sebagai gas alam lebih ringan dari udara, sehingga ketika pipa bocor langsung menguap ke udara. Elpiji tidak. Berat jenisnya lebih berat dari udara. Ketika gas bocor di dapur dan tak ada saluran keluar, gas menggenang di lantai — ibaratnya begitu. Begitu ada api maka wuzzzz…

*) Akhirnya elpiji menjadi nama benda, diserap oleh KBBI. Mulanya itu jenama dari Pertamina dan Jaya Gas, Elpiji dengan E kapital, sebagai pelafalan untuk LPG (liquefied petroleum gas)

5 Comments

Zam Senin 24 Januari 2022 ~ 05.03 Reply

rumah pakde saya di Surabaya pakai gas dari PGN. katanya, nozzle kompor harus dimodifikasi, sedikit lebih besar karena tekanan gasnya tidak sekuat dari tabung gas. penghematan ongkosnya lumayan, dan yang penting, tidak pernah kehabisan gas.

di sini, kompor pakai listrik.. sepertinya tidak ada pipa gas yang digunakan untuk perumahan secara langsung..

Pemilik Blog Senin 24 Januari 2022 ~ 06.05 Reply

Gas PGN mahal di pembangunan jaringan distribusi tapi bagus.
Wah kalo pakai kompor induksi, di Indonesia membengkakkan tagihan listrik 😇

junianto Sabtu 22 Januari 2022 ~ 17.35 Reply

Mmm, berprasangka baik….👍

junianto Sabtu 22 Januari 2022 ~ 11.48 Reply

Tetangga saya, direktur sebuah RS swasta besar, makainya gas elpiji melon. Saya tahu krn kalau beli dia lewat depan rmh saya, menarik melon tsb di atas troli. Yg sy nggak tahu, itu krn soal kepraktisan, ketamakan atau krn apa.

Pemilik Blog Sabtu 22 Januari 2022 ~ 12.36 Reply

Mmm gimana ya?
Mungkin dia nggak punya asisten untuk angkat gas 12 kg.

Dulu saat pembagian tabung melon plus isi, pihak kelurahan mau cepat. Tabung dibagikan kepada siapa saja yang mau krn warga sasaran “tak semuanya siap”.

Saya nelepon orang rumah, “Kita bukan orang kaya tapi kita bukan sasaran pembagian gas ijo. Jangan merampas hak orang lain.”

Tinggalkan Balasan