Siang itu di bengkel sepeda Mas Parto saya kebarengan seseorang membawa roda berikut ban. Saya menduga itu ban gerobak. Ternyata benar. Si pemilik adalah penjaja keliling mainan anak. Bannya bocor. Nggak bisa ngider, dong?
“Ini saya pas nggak jualan,” ujarnya si pemilik roda. Kadang dia memang meliburkan diri karena, “Capek Pak kalo saben hari keliling.”
Misalnya ban bermasalah saat dia berjualan keliling, apakah harus berhenti mencari nafkah? Terdengar tawa kecil di balik masker.
Masalah pada sepeda bisa menimpa siapa saja. Jika sepeda itu untuk bekerja tentu merepotkan. Hal sama berlaku untuk sepeda motor dan mobil untuk bekerja.
Maka masalah pada sepeda untuk bersenang-senang berbeda dari sepeda untuk bekerja. Saya selalu punya rencana B. Kalau sepeda bermasalah di jalan, atau saya kepayahan, akan memanggil ojek. Sejauh ini belum terjadi sih.
Saya memang tak paham urusan teknis kendaraan. Saya percayakan urusan ke bengkel. Bahkan meskipun tahu dan bisa, kadang saya minta tolong bengkel sepeda mumpung saya lewati.
Kemarin saya ke bengkel membawa gir depan, tapi tanpa tas sehingga repot juga menenteng dengan satu tangan, untuk dipasangkan, menggantikan crank lama yang plastik penutupnya mrèthèli.
Kenapa ke bengkel? Saya tidak bisa melakukan sendiri, butuh sambungan kunci sok. Selain itu, meskipun pakai sarung tangan plastik, berurusan dengan rantai dan gir pasti celemot minyak kotor.
Maka untuk para nona dan nyonya, jika pasangan Anda aleman, malas bercelemotan saat memperbaiki apapun, relakan saja. Dunia modem mengenal pembedaan dan pembagian kerja. Lalu spirit DIY? Dukunglah juga. Kalau akhirnya dia gagal dan menyerah, jangan Anda marahi. Cukup Anda ledek, “Hamdani Hartoyo…”
Jika dia cengeng — misalnya menggerutu, “Bawa ke bengkel dibilang payah, kerjain sendiri tapi gagal dibilang payah juga” — diamkan saja. Dia cuma butuh didengar, bukan ditanggapi.
8 Comments
Saya punya tukang batu (dan keahlian lain) langganan, pengerjaannya rapi dan cepat.
Tapi setiap saya hubungi untuk pekerjaan ringan, dia selalu menolak. Menurut dia, saya bisa mengerjakan hal itu sendiri. Dia malah menawarkan alat-alatnya untuk saya pakai. Cilaka!
1. Untuk yang pertama saya juga punya, harus antre
2. Tapi untuk yang kedua dia jujur, tahu saya tidak bisa, lalu bilang, “Kalo cuma gini orang-orang bisa kok, Pak.”
waduh, kalo manggil tukang di sini mahal sekali.. π
Termasuk tukang ledeng atawa plumber kayak di pilem-pilem π
sudah gitu harus bikin termin (jadwal dulu).. kalo minggu tukang libur.. repot memang.. π
Tukang langganan saya kalo Minggu juga libur π
Saya termasuk orang yang “dikit-dikit ke bengkel (motor)” tapi syukurlah istri tdk pernah menganggap saya aleman. π
π€£π