Sendiri atau tertemani, ada yang bilang pilihan, ada pula yang katakan itu suratan. Yang penting bahagia.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Kemarin, alamanda ini masih sendiri di pucuk ranting. Di sebelahnya ada bakal kembang seperti cabai. Tapi pagi ini dia sudah punya pendamping. Manakah bunga yang baru muncul?

Bunga alamanda berisi semut

Di bawah si kembang terompet, kemarin ada Kakangmas Wijayakusuma, entah ke mana Mbokayu. Pagi ini wijayakusuma sudah luruh ke lantai di depan selang tergulung.

Tentu si kuning juga akan melayu, lalu gugur, dan akan digantikan warga puak. Tak ada yang abadi.

 Bunga Wijayakusuma

Ah, saya teringat seorang kawan pria yang suka bertamsil. Dia pernah menasihati, jangan mengibaratkan pasangan sebagai bunga karena cepat expired lalu selesai. Sampai kini dia masih melajang. Tapi di rumahnya banyak bunga, segar terawat.

Katanya, “Mencintai tak harus memiliki. Mencintai itu beda dengan menguasai. Merawat bunga itu supaya dalam durasi hidupnya dia segar. Berilah kesempatan yang menjadi haknya.”

Teman saya masih bugar untuk usianya. Padat pejal tanpa gelambir. Wajahnya bersih cerah. Sejak dulu disukai wanita. Resepnya? “Bunga,” katanya, sambil berkedip, tiga tahun lalu.

Saya cari di Google belum menemukan bunga kedip.

5 thoughts on “Kemarin sendiri, kini berdua, lalu besok?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *