Ada saja benda elemen bangunan setiap rumah yang punya memori. Anda masih ingat?
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Daun pepaya untuk cap beton penutup got

Siapa pencurinya? Saya. Apa yang saya curi? Daun pepaya. Milik siapa? Saya tak kenal. Kenapa bisa? Saat itu, enam belas tahun lalu, saya membutuhkan daun pepaya untuk menera beton penutup got depan rumah. Berboncengan dengan Lik Ilyas, sang pemborong proyek, kami berkeliling seantero kompleks. Tapi kami tak menemukan pohon pepaya.

Lalu di sebuah tikungan ada rumah kosong tak terawat dengan rumput meliar. Gerbangnya tertutup. Saya tanya orang sekitar, rumah itu tak berpenghuni. Lalu bagaimana jika kami minta daun pepaya setangkai saja? Mereka bilang ambil saja. Lalu Lik Ilyas memanjat tembok dan memetik daun, klek. Kemudian jadilah cap untuk kotak-kotak beton penutup got yang bisa diangkat.

Cap daun palem untuk beton halaman rumah

Tentu tak semua cap berasal dari pencurian. Hanya daun pepaya yang saya curi. Sedangkan daun palem-paleman kami minta dari tetangga depan rumah, untuk menera bidang semen di depan teras dan samping rumah, yang diapit saluran air resapan berisi pasir, batu split, dan kerikil, berupa parit kecil dan lubang kotak.

Cap daun palem dan bekas kotak kerikil jalan tikus

Dalam perjalanan waktu saluran air itu akhirnya saya tutup karena menjadi jalan tikus. Mereka membuat lorong di bawah lantai semen. Kalau dibiarkan bisa membuat lantai amblas. Selain itu, kalau dibiarkan, tikus akan masuk ke rumah, setidaknya carport untuk merusak mobil dan sudah terjadi.

Selalu ada jejak memori dalam rumah kita. Anda juga memiliki, bentuknya bisa apa saja, bahkan sisa batu bata pun punya cerita.

Sedangkan daun singkong untuk pola potong stiker sandblast pada kaca jendela, juga enam belas tahun silam, saya lupa minta siapa.

2 thoughts on “Jejak pemberian dan pencurian di rumah

  1. Jejak memori dalam rumah saya, sebagian justru roso anyel karena waktu itu dpt pemborong yang ndembik, dan ndelalah saya ya ndembik pula karena tidak bisa day to day nunggui pembangunan karena bekerja di luar kota.

    1. Memang ngeselin.
      Waktu saya dipasrahi perbaikan rumah Yogya, pulang kuliah saya lihat mereka kelekaran padahal dibayar harian. Oleh ART mereka selalu dibuatkan kopi dari Bali Dancer kalengan punya saya, bukan kopi Thio. Mungkin dia pikir kopi Thio untuk Tyo.

      Tapi pas bikin rumah saya dapat pemborong sip yang tahu manajemen proyek. Material datang ketika hendak dipasang sehingga tak mengganggu jalan. Setiap sore jalan depan rumah mereka bersihkan. Reruntuhan rumah lama ditata seperti candi, rapi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *