Pengamen bernyanyi lantang di depan meja saat kita makan, sama-sama tanpa masker. Terus bagaimana?
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Masalah pengamen di warung makan saat Covid-19

Saya tak nyaman waktu menyantap nasi kucing orek tempe di Angkringan Pak Djo tadi malam karena dua pengamen bernyanyi di samping meja saya, dan tentu tanpa masker. Saya segera mencabut dompet, dan harapan saya pun terkabul: mereka hentikan lagu, berpindah ke meja lain.

Di luar pandemi pun saya kurang senang jika sedang mengudap datang pangamen, menyanyi dari meja ke meja. Apalagi jika saya makan tanpa sendok garpu. Mengambil dompet dan uang bukan urusan gampang.

Kalau pengamen hanya di pojokan, lalu saat pulang pengudap tinggal memberikan uang, itu saya suka. Pemilik kedai juga suka sebetulnya. Tapi itu tak memperatakan kesempatan untuk para pengamen.

Di satu sisi kita solider dengan nasib orang lain, namun di sisi lain kadang kita terganggu. Misalnya saat kita memutar musik, dia bernyanyi pol menyaingi.

Memang pengamen sering jadi dilema. Akhirnya urusannya lebih kepada subjektivitas kita. Kalo cocok, tak terganggu, kita ikhlas membayar. Kalau kesal, karena disindir bahkan diintimidasi, kita membayar karena terpaksa dengan harapan mereka segera enyah.

Tentu peta masalah tak hitam putih. Ada saja drama. Misalnya perempuan pengamen yang menggendong bayi, menyanyi demi uang pembeli susu. Banyaklah romantisisme dunia pengamen. Film Jalanan (Daniel Ziv, 2014) mengemasnya sebagai dokumen sosial saksi zaman.

Nah, kembali ke soal protokol kesehatan selama pandemi, bagaimana sebaiknya?

Tak masuk akal jika mereka kita minta menyanyi tanpa masker. Kalau saat mereka menyanyi kita hentikan makan, lalu pakai masker dulu, mereka bisa tersinggung, sementara droplet mereka jatuh ke piring, sendok, dan gelas kita. Kenikmatan santap kita juga terkorting.

Eh, bukannya droplet pengudap di meja lain juga bisa mengarah kita? Uh. Masa makan di rumah terus?

¬ Gambar praolah: INPI / Tokopedia, Shutterstock

6 thoughts on “Pengamen menyanyi di meja pengudap saat pandemi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *