↻ Lama baca < 1 menit ↬

Tertipu bisnis kripto skema Ponzi itu salah siapa?

“Namanya juga pengin duit ya, Oom. Kalo pengin dapet gede ya siap risiko,” kata David Dlongop. Lalu dia berceramah tentang skandal MLM kripto berskema Ponzi.

“Bukan salah kripto, bukan salah MLM, tapi itu yang bikin nggak bisa ngitung dengan bener,” kata anak muda yang setelah wisuda virtual belum dapat sabetan itu.

“Emang ngitung yang bener gimana, Dave?”

“Susah jelasinnya, Oom. Tapi prinsipnya bisa.”

“Saya nggak ngerti soal keuangan, nggak paham matematika, belum pernah belajar aktuaria, pokoknya bego soal angka.”

“Nah, para korban itu, maaf ya, kayak Oom. Nggak paham seni investasi. Kalo Oom ada duit lebih pasti ikut main tanpa berhitung cermat. Maaf lho Oom, ini opini saya pribadi.”

“Nggak perlu minta maaf. Opini kamu bener. Calon nasabah atau investor atau apa namanya dalam kasus ini mestinya cermat, kudu hati-hati justru karena nggak paham semak belukarnya…”

“Nggak paham mana bisa ati-ati, Oom? Ada-ada aja.”

“Kalo buat saya sederhana. Karena nggak paham, nggak bisa ngitung, ya ambil aman aja. Saya bukan risk taker. Kalo ada yang melebihi itungan bank terkenal jangan dipercaya. Kalo berani ambil risiko, tapi tahu cara memperkecil bahkan menghindari, di bisnis yang bukan keuangan, ya jualan narkoba aja. Tapi saya nggak punya nyali buat gituan. Mau korupsi, saya bukan pejabat publik, nggak ada peluang.”

“Orang kayak Oom ini nggak berani ambil risiko, cocoknya cuma simpan pinjam di koperasi. Maaf lagi lho Oom…”

“Betul! Saya emang ikut koperasi kecil, bukan KSP yang jual impian lantas kantornya digeruduk nasabah.”

“Pernah minjem, Oom?”

“Belum. Saya jadi anggota supaya warga lain bisa minjem duit. Saya nggak kaya tapi pengin bantu orang sambil nabung.”

“Hahahaha cuma setor mulu? Kayak investasi buat akhirat aja. Maaf lho…”

¬ Gambar praolah: Shutterstock