↻ Lama baca < 1 menit ↬

Pedro adalah istilah jadul untuk pemuda drop out seperti Giring Nidji

“Itu gara-gara Giring nginspeksi bakal sirkuit Formula E yang masih semak belukar, hujatan nggak brenti. Soal dia itu dulu DO diangkat terus. Padahal DO kan belum tentu gagal ya, Oom?” tanya Hadi Penguk.

“Kalo drop out ya jelas gagal, apapun penyebabnya,” sahut Kamso.

“Tapi biarpun nggak jadi sarjana, banyak orang DO yang sukses kan, Oom?”

“Ukuran sukses mah susah. Bisa cuma klaim diri, bisa karena basa-basi orang lain, atau entah. Kalau ukuran gagal kan lebih gampang. DO itu gagal menyelesaikan pendidikan. Kalo mahasiswa ya gagal jadi sarjana. Kesian ortu kalo anaknya kuliah gak pake biaya sendiri. Kalo di seminari ya jebling, tapi kan nggak diongkosin ortu.”

“Iya sih. Tapi apa ya…”

“Kasus DO Giring jadi rame karena dulu dia DO dari Paramadina saat rektornya itu Anies. Padahal mungkin dulu Anies nggak kenal Giring itu siapa, dan Giring nggak nyangka Anies akhirnya jadi gubernur DKI. Giring beralasan DO karena nggak mau ngerepotin ibunya dan dia pengin berkarier di musik supaya bisa menghajikan ibunya.”

“Orang-orang hebat yang dulu DO itu kalo kuliah sampe sarjana mungkin malah biasa aja ya, Oom?”

“Sejarah nggak kenal asumsi, hipotesis, atau apa gitu. Soalnya seorang manusia nggak bisa sekaligus jadi dua atau lebih dalam waktu yang sama, persis plek identitasnya secara fisik maupun kepribadiannya dan inteligensinya, cuma beda nomor KTP.”

“Temen Oom banyak yang DO?”

“Temen saya yang Pedro, pemuda drop out, dikit. Lebih banyak yang jadi sarjana, beberapa jadi doktor, bukan mondok di kantor, bahkan sudah profesor.”

“Dari Pedro yang dikit itu pada jadi apa?”

“Macem-macem. Salah satunya saya.”

¬ Gambar praolah: Shutterstock