↻ Lama baca < 1 menit ↬

Tempat tunggu ojol di rumah makan Kenanga Pondok Indah Jakarta

Lumrah. Warung dan resto yang melayani pesan antar via aplikasi akan didatangi kurir ojek. Setiap penjual memiliki solusi untuk mendudukkan para kurir, pun pemarkiran motor mereka.

Memang sih bisa muncul masalah. Di koran pernah saya baca penjual hidangan laut yang pindah lokasi usaha, dari rumah di gang ke sebuah ruko, karena motor ojek menutup jalan sehingga tetangga protes.

Di manakah masalahnya? Kita semua kagok dalam menyesuaikan diri dengan kehadiran ojek online (ojol). Pihak kedai saat memulai usaha tak membayangkan ada ojol dan pesan antar via aplikasi. Bukan hanya warung di rumah tetapi juga resto di mal: Mas Driver harus menunggu di mana?

Dari sisi Bang Ojek, tak semua resto dia akrabi. Lebih dari sekali saya melihat tukang ojek, apalagi sebelum era wajib masker, celingak-celinguk kikuk di mal. Untung ada aplikasi dan satpam.

Tentu ada kemajuan. Dalam sistem Gofood misalnya, warung akan memesankan ojol setelah makanan hampir jadi. Driver datang tinggal mengambil pesanan. Banyak pula kedai yang menyediakan kasir khusus untuk ojol.

Di luar urusan makanan, masalah ojol adalah tempat mangkal. Lokasi yang teduh, apalagi strategis, bisa menjadi titik bergerombol, mengganggu lalu lintas.

Sudah lima tahun lebih ojol hadir dan kita masih kagok dalam urusan saling menempatkan diri. Tak semua wali kota dan bupati memikirkan cara memenangkan semua pihak.