Saya memang naif: mengandaikan perusahaan telko paling paham etika komunikasi bisnis via seluler. Misalnya tak ada regulasi pun, pelaku bisnis tidak bisa berdalih, “Kan nggak dilarang, berarti boleh, kan?” Apalagi kalau ada aturan.
Kalau SMS dari pemerintah, misalnya Satgas Covid-19 dan BNPB, tak saya anggap sebagai spams. Itu memang tugasnya negara.
Sering saya menerima SMS dari anak usaha Telkom Indonesia melalui SMS, tapi tidak bisa saya blok melalui fitur ponsel. Hanya bisa saya hapus. Tentu ini bukan salah si handset, juga bukan salah saya kenapa mencopot aplikasi pengeblok.
Apa saja sih misalnya?
- Tawaran NSP. Saya tak menyoal ini sebagai hal aneh — orang menyewa lagu bukan untuk didengar sendiri — tapi pokoknya saya tidak butuh. Kalau pun saya pasang, orang yang menelepon saya mungkin tersiksa.
- Iklan melalui MyAds. Saya tidak butuh. Jadi kenapa ditawari? Mungkin mereka khatam kredo pemasaran: ciptakanlah kebutuhan bagi konsumen.
- Indihome. Saya bukan, atau belum, menjadi pelanggan Indihome. Mengapa mereka sering meng-SMS saya?
- Aplikasi Redi. Berisi tawaran untuk menginstal dan Iming-iming hadiah.
Saya tak menyoal apakah ada klausul baku bahwa saya bersedia menerima semua tawaran dari Telkomsel.
Mau menawarkan apa saja silakan, tapi kalau ternyata tidak bisa saya blok hanya dari fitur ponsel, dalam SMS berilah opsi balasan untuk menolak.
Misalnya, “Balas 1 untuk menolak selamanya”, dan “Balas 2 untuk hal yang sama dengan pilihan 1”, lalu “Balas 3 untuk idem ditto“, dan terakhir “Balas 4 jika jera hingga kiamat tiba”.
Tambah lagi: “Balas 5 untuk gabungan 1 sampai 4”. Simpatik, bukan?
Pernah sekian lama setiap kali di jalan melewati mal ada SMS iklan diskon kedai dan toko dalam mal tersebut. Saya komplain. Minta pencopotan nama dari senarai korban. Jawaban via suara dan email, saya harus menonaktifkannya melalui layanan web. Namun prosedur ini pun tak lancar.
Petugas layanan konsumen tak dapat menjawab pertanyaan saya yang gampang: kenapa untuk nyepam saya kalian cuma butuh satu langkah, tapi untuk menghentikan spams butuh banyak langkah?
Dalam bahasa yang gampang: kenapa kalian mudah sekali mengganggu saya, tapi sulit nian menghentikan itu?
Β¬ Gambar praolah: Shutterstock
6 Comments
Kesimpulan : yang suka nyepam itu ndembik!
Sabar, Mas. Sabarrrr…
sing nulis konten wae esmosi, lha kok sing komen dikon sabarrrr!
Saya sih nulisnya sambil senyum, kadang disela obrolan di teras dengan istri ππΊπ
esmosi disembunyikan dari bibi. π
Emosi disalurkan melalui gambar. Ngolah gambar di ponsel lebih lama ketimbang menulis, sehingga emosi akhirnya mengendap setelah gambar selesai.