Serasa kembali jadi wong ndesa, saat ke mal saya gumun. Selama pandemi saya hanya ke mal jika terpaksa, itu pun belum tentu sebulan sekali. Bahkan kacamata di optik pun saya ambil dengan Gosend. Dari keudikan itu, hal biasa di toko malah menarik. Dulu saya anggap biasa saja. Soal apa?
Informasi, dalam teks di rak pajang toko pakaian. Kemarin saya terkesan, kalau dulu saya terima sebagai kewajaran. Di jaringan toko ini, Uniqlo, milik Jepang, informasi dalam bahasa Indonesia disampaikan dengan bahasa yang genah. Ujung-ujungnya memang merayu konsumen sih: jangan ragu membeli.
Kalau panduan dalam bahasa Indonesia pada label atau kemasan produk memang keharusan. Ada aturan hukumnya.
Memang sih panduan macam itu, dalam poster besar, apalagi dalam bahasa Indonesia, biasanya hanya cocok untuk produk siap pakai, ready-to-wear, yang diproduksi massal.
Di toko itu, informasi tentang bahan kaus yang mudah kering juga ditampilkan. Anehnya, sejauh saya terakhir melihat, di Ramayana, Robinson, dan Matahari tak ada info macam itu.
¬ Bukan posting berbayar maupun titipan
5 Comments
menarik.. kayanya perlu ngecek apakah Uniqlo di Berlin juga menyediakan informasi semacam ini.. Uniqlo ini salah satu toko yang ukuran pakaiannya masih masuk untuk saya, karena badan saya yang kecil dan sering kali tidak ada ukuranya di brand lokal sini..
Uniqlo paham postur orang Asia. Untuk pasar di Indonesia gitu kayanya.
karena Uniqlo kan Jepang punya, postur tubuh masih mirip-mirip
Selain paman, siapa lagi ya, yg memperhatikan panduan itu?
Bikin sy inget ini https://blogombal.com/2021/09/17/sekian-jangan-dalam-mencuci-pakaian-siapa-yang-memperhatikan/
BTW sy tunggu lagi postingan hasil kunjungan ke mal kemarin.
Kok inget sih? 👍
Cerita lain kalo nanti sempat dan ingat 😇