Koran pagi sudah datang, Tuan. Anak bajang mengayun bulan…

Meskipun ada versi digital dan e-paper, membaca cerber di koran adalah kenikmatan arkais nan mencandukan.

▒ Lama baca < 1 menit

Anak Bajang Mengayun Bulan karya Sindhunata sebagai cerber di koran Kompas

Koran kertas, koran digital, dan e-paper. Ketiga wujud dalam satu paket itu adalah gabungan klangenan orang masa lalu dan yahhh… orang sok masa kini. E-paper ada di tengah, dengan kelebihan berupa halaman ekstra yang tak ada ada di versi cetak, fotonya pun berwarna.

Koran dan cerita bersambung adalah paket pesona. Siapa pun penulisnya, jika kisah dan penuturannya menarik, cerber menjadi magnet bagi pembaca, didahulukan sebelum membaca berita.

Tak terasa sudah hampir dua bulan Anak Bajang Mengayun Bulan karya Sindhunata menyihir pembaca Kompas.

Kini era internet segalanya lebih mudah. Dulu, abad lalu, di Yogya, saya harus menggunting cerber Api di Bukit Menoreh karya S.H. Mintardja di Kedaulatan Rakyat, lalu dua minggu sekali saya kirimkan via pos ke Los Baños, Filipina, tempat kangmas saya bersekolah.

Bagi sebagian orang, Api… adalah hal yang dibaca pertama sebelum rubrik Sungguh-sungguh Terjadi. Entahlah apakah di luar rubrik itu berarti fiktif.

2 Comments

Pemilik Blog Minggu 21 November 2021 ~ 12.06 Reply

Rubrik aneh. Gak jelas faktual atau tidak, yang penting memberi ruang kepada pembaca.

junianto Minggu 21 November 2021 ~ 10.52 Reply

Wooooh paman ngerti SST juga to? 😬😁

Tinggalkan Balasan