Mau di indekos, kantor, maupun rumah, hampir semua orang punya mug pribadi. Lalu dari semua mug itu, terutama di rumah, digabung mug orang lain, berapakah yang Anda miliki tanpa membeli?
Mug, yang ternyata sudah diserap oleh KBBI V, sehingga ditulis tegak dan dibaca apa adanya — berbeda dari bahasa Inggris mug yang dibaca “muhg” atau dalam lafal kita “mag” — selama dua puluh tahun terakhir ini adalah barang biasa. Mudah kita temui. Bahkan kita bisa memesan mug porselen hanya satu, sesuai desain kita.
Sebagai barang biasa, apalagi gratisan tanpa ikatan sentimental, perlakuan kita ya biasa saja. Kalau retak, apalagi rompal, ya tinggal kita singkirkan. Apalagi kalau tampilan tak sesuai selera kita.
Saya punya mug gratisan juga. Salah satunya ini. Didapatkan oleh putri saya, sepulang sekolah dia melihat pameran seni rupa, cat air karya Agus Budiyanto, di Galeri Nasional, Gambir. Kapan? Tahun 2010. Ya, sebelas tahun silam.
6 Comments
Saya nggak punya mug gratisan mas, nggak pernah dapat seingat saya π Di rumah Korea juga cuma punya 2 gelas kecil, sama 2 mug kecil hasil ikut kelas keramik, ditemani 2 mangkok, 2 piring dan 2 set sendok garpu sumpit hahahaha π
Biasa dapat mug gratisan selain dari lihat pameran, dari mana yah mas Antyo? Heran kok saya nggak pernah dapat π Wk.
Ajaib!
Berarti asumsi saya salah. Sembrono menganggap semua orang punya mug gratisan. π
Sumber mug saya macam-macam, dari resepsi pernikahan sampai sekadar oleh-oleh orang dari suatu acara π€
Naaah iniiii, setelah dilihat2, akupun LBH banyak mug gratisan drpd yg beli π€£. Mungkin Krn aku tipe LBH suka traveling juga dan sbnrnya jarang di rumah ya mas, makanya ga terlalu peduli Ama keserasian piring gelas dkk. Yg penting bisa dipakai, cukup. Toh gelas begini, memang LBH tenang, kalo rusak ATO pecah, ga terlalu sakit ati π. Apalagi ada anak kecil, yang paling sering mecahin barang π
Namanya juga pecah belah. Yang gampang pecah ya π
Nah, yg ini satu contoh lagi ttg betapa awet2 bingitnya barang2 di rmh pamanπ¬
Ttg mug, hari ini (sejak bbrp waktu lalu) nggak ada di rmh saya. Tentu pernah ada bbrp (semuanya nggak beli) tapi ada yg rusak lalu dibuang, dan ada pula yg kemudian diberikan istri ke org lain. Entah knp, dia ora pati seneng mug.
Soal keawetan, ini kebetulan. Sebagai tukang cuci piring kita sama-sama tahu ada mug yang mudah retak, glasur jelek, tinta luntur, kuping gampang lepas, dst…