“Apa komen Oom Kamso soal #birojomblo di Twitter?” tanya Kuntum Wangi.
“Nggak ada,” sahut Kamso.
“Tapi tau, kan?”
“Ya liat sekilas, kok hashtag itu laku. Selebihnya aku nggak pengin tau karena aku bukan jomlo. Misalnya aku masih single juga ketuaan buat ikutan.”
“Oke di luar urusan #birojomblo, masalah jomblo itu apa aja sih?”
“Nggak tau. Yang tau masalahnya ya yang jomlo dan orang lain yang anggep jomlo itu problem.”
“Emang ada jomblo yang santai aja?”
“Setauku ada. Bahkan menjalani status itu secara biasa.”
“Cowok atau cewek?”
“Sama aja.”
“Mungkin mereka itu bermasalah ya, Oom?”
“Yang bermasalah itu orang lain, termasuk media kalo nyangkut orang tenar.”
“Terus?”
“Jomlo itu kan bisa juga karena pilihan. Atau bisa juga lantaran nasib, lalu yang bersangkutan bilang sebagai pilihan — kalo yang sebaliknya sih jarang.”
“Kayaknya Oom bermasalah deh. Lempeng bijak di depan, bengkok ngeselin di belakang, jadi ikutan menghakimi jomblo. Belajar dari webinar mana sih?”
¬ Gambar praolah: Shutterstock
8 Comments
Beberapa kawan semasa kuliah saya (berarti usia 57-an), cowok dan cewek, sampai kini jomlo —dan kelihatan santai saja.
Lha wong yang menjalani biasa saja kok orang lain yang repot bahkan sok berjiwa penolong nyariin jodoh. Dlm bahasa Jawa: nggathukaké.
nggathukake aka njodhokke….
Dulu teman saya, perempuan lajang, kesal setiap kali ada kerabat mau memperkenalkan dia kepada sejumlah pria embuh yang rupanya cari istri.
Teman lain, perempuan lajang juga, kesal karena sodaranya daftarkan dia ke klub ini itu, supaya kenal lawan jenis.
Alasan sodara, di sports club banyak pria lajang.
(sejumlah) pria embuh 🙈
Sudah embuh, ndembik pula
Oomnya menyebalkan 🤣
Mungkin belum makan crackers favorit 🤭