Saya membayangkan diri sebagai anggota DPR. Setiap kali membaca berita tentang persepsi masyarakat terhadap kinerja parlemen, seperti di Kompas hari ini (25/10/2021), saya selalu menganggap mereka kurang literasi, sehingga menilai buram wakil rakyat yang terhormat.
Saya tertawa jika mereka hanya butuh bacaan hiburan berisi pernyataan saya atau sejawat saya tentang aneka hal. Yang anti-Jokowi akan terhibur jika omongan kami sarat kritik. Yang pro-Jokowi akan kesal lalu menyerang balik di media sosial. Halah, itu semua soal kecil. Kami diam dianggap salah. Kami ceriwis, baik melalui wartawan maupun media sosial, dianggap vokal. Biarin.
Mengukur kinerja hanya kuantitatif, seberapa UU yang kami hasilkan? Orang-orang awam itu nggak ngerti proses politik. Dengan anggaran yang sama besarnya, bahkan lebih besar, membangun rumah sehat dan ramah lingkungan nan modern itu lebih mudah ketimbang bikin UU.
Memang kasihan mereka itu, para rakyat, baik yang menjadi konstituen saya, konstituen teman saya sesama partai dan beda partai, maupun yang golput. Mereka tak paham masalah. Para rakyat yang kami wakili itu tahunya cuma terima jadi dalam tampo sesingkat-singkatnya seperti tahu bulat yang digoreng dadakan.
2 Comments
Saya coba membayangkan diri paman sbg anggota DPR. Ternyata nggak bisa. Krn paman ini orang mbeling😁 nggak cocok jadi anggota dewan, dan lebih cocok masuk dalam barisan “orang-orang picik itu”….
Saya orang biasa. Bukan orang mbeling. 😝