Ketika melihat gerbang kompleks di samping sebuah bank ini saya bingung memastikan, itu pos satpam milik bank atau kompleks? Dari jauh tampak keren, ada lotengnya. Tapi saya amati dari dekat, ternyata tangga tak mengarah ke loteng gerbang, melainkan pintu di kantor bank.
Karena tak ada yang jaga, hanya ada TV tabung layar datar menyala, mungkin lungsuran seperti di tempat jaga pada umumnya, saya mendekati. Tampaknya sih tak ada kamera CCTV.
Pemandangan yang terlihat ya tipikal gardu jaga. Kurang terawat, menjadi gudang dan tempat penitipan apa saja.
Memang sih saya melihat banyak pos satpam yang rapi bersih. Tapi yang cuma sekadarnya, dengan fungsi sebagai gudang, lebih banyak.
Ini persoalan arsitektural atau sosial? Perancangan ruang di mana pun berdasarkan sebuah asumsi setelah mengamati kebiasaan dan kebutuhan calon pemakai.
Celakanya, kebutuhan dan kebiasaan pengguna bisa melebihi asumsi dalam perancangan. Taruh kata tempat jaket dan helm dalam pos, juga jas hujan, apakah semuanya terpikirkan sejak awal?
Begitu juga tempat dispenser maupun pantry kecil tempat membuat kopi dan mematangkan mi instan mangkuk?
Belum lagi dari sisi desain interior. Apakah memadai jumlah stop kontak atau colokan untuk mengecas baterai ponsel dan baterai HT? Juga colokan kipas angin dan TV?
Satpam dan sejenisnya dalam urusan tertentu tak dihitung. Begitu pun OB dan sopir dinas, banyak yang tak punya ruang. Kalaupun ada ya sekadarnya.
Memang sih ada pendapat, percuma dibikin bagus kalau mereka tidak bisa merawat, dan yang namanya peturasan pasti jorok. Nah, ini masalah sosial selain arsitektural.
Muara persoalan, kalau di kantor, ya di manajer urusan umum. Kalau poskamling di kampung dan kompleks? Pengurus RT atau RW mungkin. Tapi siapa?
Kalau di kompleks bagus yang dikelola pengembang ya orang perusahaan yang mestinya bertanggung jawab atas pos kemana.
2 Comments
kalau posnya rapi, keren dan nyaman, bisa-bisa satpamnya malah ogah pulang ke rumah….
Kalo dia ogah pulang kan disusul bininya? 😇