Saya tak menyoal legalitas karena kampanye Pilpres 2024 memang belum dimulai, bahkan penetapan calon pun masih jauh karena urusan pilpresnya secara spesifik teknis belum ada. Kubu Puan Maharani, Airlangga Hartarto, dan Muhaimin Iskandar juga bisa berkilah itu bilbor atau baliho itu dari relawan dan kader partai. Airlangga dan Muhaimin sudah mencantumkan angka 2024. Puan belum.
Oh, tetapi apakah tidak bisa mereka menertibkan pendukung agar tak menebar bilbor di sejumlah daerah?
Ini pertanyaan naif karena saya memang mentah. Begitu mentahnya saya sehingga heran kenapa ada kemasan seragam dalam pesan di bilbor itu lalu berprasangka ada mobilisasi dari pusat.
Belanja negara, dan juga partai politik, itu menggerakkan ekonomi di tengah pandemi. Saya tak membantah.
Bilbor membantu kas pemilik media luar ruang, sehingga berkuranglah bilbor polos berisi nomor ponsel narahubung, dan tentu menyumbang pendapatan dari pos pajak reklame ke kas daerah. Iklan sehalaman di Kompas, seperti dilakukan Puan, juga berarti pemasukan bagi penerbit.
Memaki2 dia tdk akan menyelesaikan masalah jk media mengandalkan pemasukan dr iklan digital recehan. "Print pounds, digital dimes". Iklan Mbak Puan di Kompas ini kisarannya Rp600 juta, satu kali tepok bisa membiayai lebih dari 5 reporter selama setahun. Iklan digital? Receh. pic.twitter.com/D9OyWaGJuW
— Evi Mariani (@evimsofian) July 29, 2021
Kenapa sih mereka tak sabar?
Ehm, dari dulu selalu ada yang mencuri start tapi tidak bisa dibuktikan secara hukum bahwa itu kampanye capres. Sekarang 2021, kita tak tahu apakah pada akhir 2022 Covid-19 sudah teratasi, padahal pilpres dua tahun berikutnya.
Kalau urusan menyumbang untuk menangani Covid-19 dan dampaknya, mereka pasti sudah melakukan, dengan maupun tanpa publisitas.
Puan selaku Ketua DPR, bukan salah satu ketua PDIP, tak menggunakan anggaran dari negara untuk beriklan, tentu juga bagus karena telah menyumbang untuk kepentingan parlemen: ada pesan bahwa para wakil rakyat masih bekerja.
Maka saya bicara soal rasa, bukan nalar. Saya menganggap semua bilbor adalah pemanasan mesin menuju Pilpres 2024. Saya juga merasa masyarakat merasakan gelombang yang sama.
Perihal asal muasal dana dan pemakaiannya, auditorlah yang lebih paham. Namun karena ini urusan rasa, saya membatin (lalu menuliskannya) kenapa duit gede tak digunakan untuk membantu penanganan Covid-19 dan dampaknya, termasuk masa depan anak-anak yang ditinggal mati orangtuanya setelah dijemput infeksi tersebab virus korona, seperti yang sudah dimulai oleh masyarakat?
Baiklah, jika para politikus mulia itu sudah melakukannya. Tapi akan lebih berdampak cerah jika uang kampanye dipakai untuk Covid-19.
¬ Gambar praolah: Fajar.co.id, RadarLombok.co.id, Solopos.com, Shutterstock.com, Unsplash.com
2 Comments
#2024gantipresiden
#eh
:d
Mau tidak mau 🤣