Belimbing alias starfruit (Averrhoa carambola) termasuk buah yang saya sukai. Apalagi saya punya kenangan manis memanen belimbing di pohon di halaman orang tapi bukan mencuri.
Saya tanya anak-anak saya apakah doyan belimbing. Mereka bilang ya, dan membuktikannya. Doyan dalam arti tak menolak.
Saya duga mereka tak asing dengan belimbing karena umumnya tukang jus menyediakan. Manggis yang tidak bisa dijus asing bagi generasi anak-anak saya. Mereka hanya mengenalnya sebagai jenama kaus saat produk itu naik daun: Mangosteen.
Ihwal kenangan manis memetik belimbing besar matang di pohon itu terjadi saat saya kelas tiga SD di Salatiga. Suatu siang yang panas, sepulang sekolah saya bersua Oom Wiratmo, seorang mahasiswa, yang menawari saya membonceng sepedanya, lalu saya diajak ke rumah kontrakan baru yang dia huni bersama mbakyunya, seorang dosen, namanya Bu Aryatmi, di Pungkursari.
“Nanti kita metik belimbing,” ajaknya. Pucuk dicinta ulam dibrakot. Saya bebas memetik di pohon setinggi atap rumah itu.
Saya pulang ke rumah dengan membawa sekantong belimbing. Bangga rasanya pulang sekolah membawa buah tangan segar. Saya lupa apakah saat berjalan kaki ke rumah itu saya kerepotan membawa buah.
Pepatah, maksud saya pantun, yang melibatkan belimbing setahu saya hanya ini:
Buah belimbing di atas peti,
buah pisang di dalam guni.
Carilah pendamping sebagai ganti, supaya hidup takkan sunyi.
Halah walah. Goni atau guni? Nggak penting.
Kalau lagu dolanan yang saya ingat ya Ilir-ilir (atau Lir-ilir) yang dibilang merupakan tamsil dari Sunan Kalijaga untuk syiar.
Lir ilir lir ilir tanduré wong sumilir
Tak ijo royo royo
Tak sengguh pangantèn anyar
Cah angon, cah angon, pènèkna blimbing kuwi
Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotira
Maaf ini saja yang saya terjemahkan: cah angon, cah angon, pènèkna blimbing kuwi — anak gembala, panjatlah (pohon) belimbing itu.
2 Comments
Di rumah ibu saya dulu ada 2 pohon belimbing, bibitnya dibeli oleh ayah saya dari Demak (atau Kudus, saya lupa). Saat musim petik, kami diajari untuk memetik yang bintangnya lima karena lebih manis.
Belimbing berbintang enam biasanya kulit dan daging buahnya lebih kaku, serta kurang segar (kurang berair).
Belimbing demak enak segar manis. Saya pernah dapat yang bintang enam rasanya mmg gak sip