Membeli buku bekas

Membeli buku bekas, yang bukan buku antik, itu menyenangkan karena berguna, apalagi jika kita pernah maupun belum pernah memilikinya.

▒ Lama baca < 1 menit

Buku Slamet Muljana, orang Cina menyebarkan Islam di Jawa

Beberapa kali saya membeli buku bekas, bukan dari jenis buku antik, tersebab dua hal. Pertama: yang ada hanya buku bekas karena buku baru, cetakan terakhir, kalau pun ada mahal. Kedua: membeli ulang karena buku yang sama, milik sendiri, tidak saya temukan*; mungkin hilang dipinjam orang atau terselip entah di mana karena “tata buku” saya jelek.

Nah, buku yang ini saya dapatkan karena buku milik saya belum tersua. Sebagai buku bekas, tanda tangan pemilik pertamalah yang tertoreh di sana. Sama seperti buku saya yang jatuh ke tukang loak: ada tanda tangan dan stempel saya.

Ya, ini buku lama. Kontroversial. Pada masa Orde Baru ini dilarang beredar karena memuat pendapat sang penulis, sejarawan Slamet Muljana, yang menyebutkan para wali yang mengislamkan Jawa adalah keturunan Cina, bukan Hadramaut.

Padahal soal Cina saat itu berlawanan dengan keyakinan banyak orang, termasuk sejarawan, dan yang lebih penting lagi: bersimpang jalan dengan politik Orde Baru yang anti-Cina.

*) Misalnya buku ini, yang memuat wajah saya dan Rudi Badil dalam Panji Koming-nya Dwi Koen

Tinggalkan Balasan