Apakah semua dan setiap rapat itu efektif? Ada yang lebih menempatkan sebagai kebutuhan sosial rutin. Apalagi kalau ada hidangan.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Ruang rapat di Bakoel Koffie Cikini Jakarta

Aku tersesat ke sebuah ruang rapat kosong yang bersih. Aku belum pernah rapat di sini. Tadi pagi hanya kebetulan aku singgah ke tempat ini.

Rapat bertatap muka, lebih dari dua orang, tanpa masker, dalam ruang dengan papan tulis, terakhir aku ikuti Oktober 2019. Setelah itu aku tak punya kantor, lalu pandemi datang.

Hari ini ruang rapat seakan sesuatu yang kuno dan tak terlalu perlu karena ada Covid-19. Kenangan di benakku berwarna sepia.

Akan tetapi misalkan tanpa pagebluk, apakah semua dan setiap rapat bertatap muka secara fisik itu efektif, tak buang waktu?

Aku bertanya tentang semua dan setiap. Maksudku tentu ada yang efektif: tak bertele-tele, keputusan bisa dieksekusi, lalu hasilnya dievaluasi dan seterusnya.

Rapat berlama-lama dengan banyak orang hanya menggelembungkan rasa jemu, lalu sebagian besar peserta tak mampu berfokus pada persoalan dan solusinya.

Hanya gelas dan piring kosong yang seolah efektif karena berfungsi.

2 thoughts on “Kapan terakhir kali ikut rapat secara fisik?

    1. Nah! Kebanyakan orang begitu. Tapi ada yang tidak bisa karena tuntutan pekerjaan dan profesi. Yang jadi masalah adalah risikonya. Contoh yang menyedihkan adalah tenaga medis dan relawan.

      Saya lihat awak truk sampah juga waswas dan kasihan. Mereka juga memunguti infeksius satu dari bak sampah rumah tangga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *