Entah sudah berapa kali saya menyentil nasib bacaan di kedai setelah ponsel memberikan apa saja. Tapi saya selalu tertarik, ingin tahu. Misalnya, kalau lecek berarti ada yang iseng membuka-buka halaman. Begitu pun jika art paper lengket, mungkin terkena tetesan kopi.
Sehabis memesan kacamata, pengganti yang patah, saya sengaja menyinggahi kedai kopi yang sepi. Lebih aman di saat pandemi.
Saya lihat ada beberapa majalah. Edisi terakhir adalah Maret 2020, saat mulai pandemi. Saya lihat sepintas, likuran halaman awal majalah gaya hidup wanita masih berisi produk fesyen, terutama tas, baru kemudian pengantar redaksi dan daftar isi.
Tak apa, bagi saya iklan adalah informasi.
Nah, ada yang menarik soal majalah kilap ini. Bagian ujung kanan atas terpotong rapi. Saya teringat, dulu majalah retur dipotong. Kadang di gudang malah dibor, seperti kartu poker bekas pakai di tempat judi, untuk kemudian didaur ulang. Saya juga pernah menyaksikan tumpukan majalah tak laku digergaji masinal dengan pisau bundar.
Itu tadi pada masa pra-BlackBerry, ketika orang masih membuka laptop berat untuk membaca dan menunggu di kedai kopi.
Oh ya, selain majalah edisi Maret 2020 ada juga majalah edisi Juli Agustus 2020. Majalah pariwisata ini bersampulkan seorang politikus, pemilik hotel di Bali.
4 Comments
lalu fungsi ujungnya dipotong itu untuk apa, paman? 🤔
Buat kawul mungkin 🤣
Dapat majalah retur begitu dari mana ya? Atau buku-buku dari percetakan yang tidak laku. Eh penerbit atau percetakan ya.
Wah saya kurang tahu. Mungkin para agen tahu 🙏😇