Bermain api menjadi kiasan yang berlaku untuk orang dewasa karena bisa berbahaya. Yang pasti TK itu untuk bermain, bukan bersekolah.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Mengajari anak kecil menggunakan korek api batang

Saya tahu, anak lanang itu setiap kali melihat korek batang di meja teras selalu ingin menyalakan api. Kalau dia bilang akan saya izinkan dengan syarat. Intinya, boleh kalau saya awasi. Saya minta, di rumah neneknya maupun tempat lain dia harus diawasi orang dewasa, karena api bisa berbahaya.

Cucu tetangga itu sekarang kelas satu SD. Dia bercerita, saat di TK dia diajari Bu Guru menggunakan korek batang, “Caranya kayak Oom, nggak boleh sendiri.” Oom yang dia maksud ya saya. Dia memanggil istri saya Tante. Kadang Eyang.

Saya teringat guru TK anak-anak saya yang pernah berpredikat guru teladan di Jakarta Timur. Pada awal tahun ajaran, Ibu Mundi, nama guru TK itu, selalu mengumpulkan ortu yang duduk rendah di bangku TK, mungkin supaya merasakan jadi bocah kecil.

Pesannya, dalam kalimat versi saya, “Ini taman kanak-kanak, tempat bermain, bukan sekolah. Kalau Bapak dan Ibu ingin putra-putrinya bisa membaca, menulis, dan berhitung, di sini tidak ada. Itu jatahnya guru SD. Jadi untuk calistung, tunggulah anak masuk SD atau, maaf, Bapak dan Ibu cari TK lain. ”

Bu Guru yang juga kepala TK itu juga berujar, “Di sini anak-anak juga memegang gunting, memakai jarum, di bawah pengawasan. Kemungkinan terluka selalu ada tapi itu wajar dan para guru siap mengatasi. Sama seperti anak bermain ayunan dan perosotan, atau berlarian di halaman sebelah kelas, selalu ada kemungkinan terjatuh dan lecet. ”

Saya pernah mendengar, ada seorang ibu dari Jerman bingung mencari kindergarten di Jakarta karena semua TK berbeban berat, memperlakukan anak seperti sudah SD.

Di TK sederhana itu Bu Jerman menemukan taman kanak-kanak, bukan sekolah.

Oh indahnya lagu itu: tempat bermain, berteman banyak, itulah taman kami, taman kanak-kanak…

Di PAUD dan TK tertentu, termasuk di kawasan saya, ada ajaran mengafirkan orang lain. Bahkan di tempat jauh, ada ajaran bikin negara sendiri dengan bahasa yang dipahami anak. Oh, berat banget. Berat rat rat.

4 thoughts on “Biarkan anak bermain api

  1. di Jerman, di KITA (Kindertagesstätte) memang lebih banyak bermain. menariknya lagi, spielplatz (taman bermain), banyak mainan yang jika di Indonesia dianggap berbahaya, tapi di Jerman dah biasa. anak terluka karena bermain, mulai dari yang ringan hingga berat, sudah biasa. “biar anak-anak belajar, termasuk merasakan jatuh jika tidak berhati-hati”..

  2. duh, euy. iya saya salah seorang yg ga setuju kalo pas TK sudah diajarin baca tulis, apalagi maksa. kasian anak2 euy, tp skarang SD aja pelajaranna berat, saya jd dobel emosi, kadang emosi dan ga tega sama anak yg ngerjain tugas, satu sisi lain saya emosi sama yg bikin soal kaya kelebihan otak aja, ga bisa nakar itu pelajaran porsi utk usia berapa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *