Ini soal persepsi. Sebagian orang menganggap sarung adalah busana rumah — selain untuk salat, namun selesai salat dilepas. Maka sarung bagus , dengan pemakaian rapi, berikut kemeja rapi, hanya dipakai saat akan ke masjid. Sarung biasa nan lawas, sekali lagi, hanya buat di rumah dan tidur.
Tadi malam saya melihat orang bersarung di Alfamart. Sudah beberapa kali saya jumpai orang berbeda yang bersarung namun tak sampai enam kali di toko yang berbeda. Saya juga pernah ke minimarket pakai sarung, mungkin tiga kali. Jalan kaki.
Memang hal itu saya lakukan sebelum ada pandemi karena saya berbelanja malam hari, setelah mandi, dan ganti sarung bersih. Tapi sampai rumah rasanya sarung dan kaus itu kotor karena keringat dan debu, padahal akan saya pakai tidur. Maka saya pun terpaksa ganti.
Persepsi saya yang salah mungkin. Sarung biasa, bukan setelan sarung bagus dan kemeja rapi, adalah busana rumah. Atau busana menginap di kantor.
Saya juga pernah bersarung untuk acara tertentu. Sampai rumah ya saya lepas. Sama seperti saya pakai jins eh jin. Tidak saya pakai tidur di kamar.
2 Comments
Aku baru kepikiran ini paman.
Kekny akeren kalau ke kondangan pakai beskap dan kain, gak pakai batik.
Tapi keinginan ini sepertinya bukan hal yang murah untuk diwujudkan hihihi
Soal selera dan kesempatan, Mas 😊