Saya tahu beragam nama barang ini namun saya memilih cara mudah berkomunikasi di balik masker, “Mas saya mau beli ini. Bisa kan?” Seseorang yang sedang melubangi terpal lalu memasang ring bilang, “Bisa, Pak.” Lantas dia menengok kepada seseorang yang saya pastikan juragannya.
“Butuh berapa, Pak?” tanya sang juragan. “Dua,” kata saya sambil mengacungkan dua jari karena masker belum saya lepas, padahal jalan ramai suara knalpot. Anaknya, usia sekitar kelas empat SD, mengangsurkan sekantong mata ayam, atau mata deruk kata orang Jawa, atau eyelet dan grommet dalam bahasa Inggris, kepada bapaknya.
Dia tetap mengambil beberapa set, sehingga harus dia kurangi karena saya bilang terlalu banyak, jauh melebihi dua. Dia tetap tersenyum . “Silakan,” katanya sambi menyodorkan mata ayam gede.
Saya bertanya berapa harganya, dia hanya tertawa. Saya ulang dua kali dia jawab dengan tertawa, “Udah, nggak usah.”
Kami tak saling kenal. Malam itu saya hanya bisa berterima kasih dua kali, tambah sekali saat mohon diri.
2 Comments
pernah mengalami masalah baut kacamata
karena pakai obeng paling kecil yang dipunyai di rumah pun tetap tidak bisa dibaut.
pergilah ke toko kaca mata di itc.
setelah diperbaiki, saya tanya berapa jasanya, cuma dibilang “ga apa apa, ga usah bayar”
Oh ya. Saya juga pernah malah lebih dari sekali 🙏