Penjahit keliling langganan kompleks saya ini meskipun sudah berpayung tetap butuh tempat teduh. Arah datangnya cahaya mentari dari samping, selewat tengah hari hingga sore, sering kali tak teratasi oleh payung tegak.
Akan tetapi manusia selalu punya cara. Kebetulan ada seruas jalan yang selama pandemi Covid-19 selalu ditutup bagi kendaraan. Lokasi tembok rendah di tikungan, di bawah tiang listrik, bisa untuk bekerja tanpa mengganggu lalu lintas.
Tentu, tetap ada masalah bagi Pak Waluyo, penjahit itu, apa pun cuacanya: memilih warna benang. Sudah banyak benang dia beli namun belum tentu pas dengan warna kain pelanggan. Dengan mata telanjang saja dia mampu membedakan.
Yah, toko benang belum bisa menyamai toko cat yang meramu warna dengan komputer.
4 Comments
Ini sakjane aku lgai nunggu bapak-bapak ini lewat, kalo pas gak ditunggu suka liat, pas butuh malah keknya menghilang hihihi
Oh kalo ini emang ciri khas penjaja jasa tanpa jadwal 🤣
koleksi benang beliau lengkap sekali euy. dan salut bagi yg masih ngejait dengan mesin manual gitu
Pakai dikayuh kali. Di kampung dan kompleks sederhana seperti tempat tinggal saya, tukang jahit dan tukang sol sepatu masih beredar. Gak saban hari sih.