Kertas payung tanpa fantasi kini kasar

Kertas payung dulu untuk sampul buku tulis. Tapi keluaran sekarang tak mengilap. Ada masa ketika ekspat bule lebih suka payung kertas yang berat.

▒ Lama baca < 1 menit

Kertas payung untuk payung kertas AA dari Ambarawa Jateng

Kiriman buku ini saya terima dalam wadah kardus bekas pakai dan dibalut kertas payung cokelat bertekstur garis. Setelah itu baru dibungkus plastik. Sudah lama saya tak mendapati kertas macam ini. Mungkin Anda juga.

Harga selembar kertas payung 80 gram berukuran 90 x 120 m sekitar Rp1.750 per lembar. Namun ada yang berbeda dari kertas payung zaman dulu, yang sering dipakai untuk sampul buku tulis SD, karena salah satu sisi permukaannya sekarang tidak licin mengilap.

Sejak dulu saya menduga penyebutan kertas payung karena kertas ini dipakai untuk payung berangka dan bertangkai kayu melinjo. Bisa tahan hujan karena kertasnya dipernis tebal setelah dicat warna merah polos (ada juga yang berhias bunga), seperti payung cap AA dari Ambarawa.

Sampai akhir 1970-an, ekspat bule di Salatiga, Jateng, masih suka memakai payung kertas yang berat. Bagi mereka mungkin eksotis.

Kertas payung yang bersisi kilap kadang juga untuk kantong kopi bubuk.

2 Comments

warm Rabu 10 Maret 2021 ~ 10.34 Reply

saya baru tau kalo kertas itu disebut kertas payung, saya di sini biasanya nyebutnya kertas sampul buku lembaran. dan masih dijual di warung mertua saya hehe

Pemilik Blog Rabu 10 Maret 2021 ~ 11.23 Reply

Memang akhirnya lebih lumrah disebut kertas sampul. Tapi di lapak daring, istilah kertas payung masih laku 😁

Tinggalkan Balasan