Selagi ngeteh tawar dan makan ampyang, saya tersadar oleh satu hal. Cangkir minumannya ternyata berlogo Coca Cola. Tidak memengaruhi rasa sih. Tapi saya kadung punya persepsi, limun eh minuman soda lebih sip kalau dalam gelas bening atau langsung ditenggak dari botol karena saya kurang suka sedotan kecuali leher dan terutama mulut botol kotor berkarat.
Bagi saya, air putih lebih cocok dan nikmat jika dalam wadah bening. Lagi-lagi ini soal persepsi. Sama seperti teh hangat dan kopi hangat lebih sip dalam cangkir porselen pendek. Lalu bir dingin ya dalam gelas, kalau bisa gelas bir, bukan mug. Wiski dan anggur, kalau ada wadahnya, ya dalam gelas khusus.
Akan tetapi untuk kopi, belakangan saya lebih suka dalam cangkir bening. Warna air kopi tuangan dari french press lebih terlihat. Memang sih tidak lebih nikmat. Sama saja.
Oh, persepsi dan kelumrahan — plus etiket. Alangkah jauhnya menjajah kita. Tapi saya tetap tidak bisa menerima orang menjual makanan dan minuman dalam kloset.
4 Comments
namanya jg selera dan persepsi hehe
kalo saya mirip, utk urusan kopi atau teh, emang bagusnya di gelas porselen
utk air putih saya pake gelas seketemunya aja, nah kecuali kalo pas minum air dingin/es atau turunannya, favorit pa saya ke gelas yg mulutnya berulir mirip toples hehe
Lhaaaa…. Ya memang begitulah, masalahnya bukan sekadar wadah air minum 😊
Dalam kloset ya paman, saya sedang berusaha mengingat-ingat apa saya pernah punya pengalaman dengan hal tersebut hahahaha
Ih mengerikan. Tapi namanya juga selera ya 😁