Sandal jepit Spider-Man bukan untuk paman

Banyak ayah dan kakek menyesali masa kanak tanpa benda idaman. Setelah tua mereka membalas dendam. Boys will be boys. Lebih aman bagi istri.

▒ Lama baca < 1 menit

Sandal japit Spider-Man bukan untuk paman

Cucu tetangga bermain ke rumah saya, melepas sandalnya. Saya lihat ada gambar Spider-Man di atas sandal jepit itu. Saya pun teringat beberapa teman. Mereka menyesal karena semasa bocah tak ada sandal macam itu. Kaus juga tidak ada. Kalaupun dulu sudah ada merchandise produk Marvel maupun DC, harganya masih mahal untuk orang tua mereka.

Orang tua? Para bocah mana punya duit kecuali habis panen amplop setelah disunat padahal pria dikhitan cuma sekali.

Beberapa teman saya beli action figures superjohan, padahal intinya boneka, dengan alasan demi anak. Ada yang mengoleksi die cast, tapi bukan Hot Wheels, karena semasa kecil hanya dapat mengangankan Matchbox dan Burago.

Lelaki tak pernah dewasa, kata orang. Boys will be boys. Kata seorang nyonya, “Biarin aja laki gue beli mainan anak padahal anaknya cewek semua. Daripada dia mainan hal yang belum dia inginkan waktu dia bocah kan?”

Ah, anak kecil suka Wonder Woman, sebatas mengagumi heroine. Entah kalau bapaknya.

4 Comments

Zam Sabtu 26 Desember 2020 ~ 05.40 Reply

entah kenapa saya kok ndak begitu gandrung sama mainan semacma HotWeels hingga game ya, paman? tapi kalo merchandise beberapa tokoh komik, saya memang punya sih.. tapi ngga yang memaksakan harus punya atau mengoleksi..

Pemilik Blog Sabtu 26 Desember 2020 ~ 16.29 Reply

Yang memaksa diri itu maniak 😂

warm Sabtu 19 Desember 2020 ~ 05.55 Reply

nyonya di bagian akhir itu bijak dan benar sekali adanya hehe

Pemilik Blog Sabtu 19 Desember 2020 ~ 14.39 Reply

Oh ya? Hahahaha 😁

Tinggalkan Balasan