Seorang bapak yang sudah bapuck (baca dengan lidah lokal: bapuk) cuek saja memasang hiasan Natal berupa bunga dan daun plastik. Murah, awet, tahan air. Tapi dia tak memasang pohon Natal yang juga dari plastik.
Dulu dia masih telaten mencari ranting kering di kebun orang lalu ditambahi pernik warna emas, perak, dan merah, dari pita dan kertas, dan jadilah hiasan gantung. Juga dulu dia masih bisa bikin origami.
Kini kastuba bin poinsettia plastik menjadi pilihan untuk aksen. Begitu pun monstera plastik. Serba murah. Inilah berkah made in China. Selebihnya adalah pita siap pasang. Tak ada DIY.
Hal lain yang murah dan menyenangkan adalah selotip dua sisi. Kini ada jenis yang mudah dilepas, kuat, tak membuat cacat tembok.
Lalu adakah dekorasi Natal khas Indonesia, katakanlah Natal Nusantara? Oh, Indonesia adalah gado-gado. Eklektis. Nama Indonesia juga dari Barat. Wajah lokal masih ada sih: di setiap sosok penghuni rumah pemasang hiasan ini.
2 Comments
di tengah tren orang-orang menanam tanaman, istri saya malah lebih suka mengoleksi tanaman dan bunga plastik untuk hiasan. alasannya, “ngga perlu repot merawat”, tapi tetap bisa membuat cantik..
Nahhhh. 👍👍👍👍