Membajak demokrasi

Kalau cuma gemblung tak akan mengaku antidemokrasi tapi memanfaatkan fasilitas demokrasi untuk berkuasa dan menghapus demokrasi.

▒ Lama baca < 1 menit

Pakde dan Bude Sengon singgah sejenak, tetap bermasker, cukup di luar gerbang, sebelum meneruskan jalan pagi untuk pulang ke kompleks sebelah.

Bude ngobrol dengan Kamsi. Pakde menanyakan hal berat kepada Kamso, “Menurut situ demokrasi itu memuaskan ndak, Mas?”

Kamso tertawa kecil, “Kadang nggak memuaskan, ngeselin. Memang demokrasi nggak sempurna tapi itu pilihan yang nggak terlalu jelek dari yang terburuk, Pakde.”

“Namanya juga bikinan manusia to? Tapi kenapa ada yang anti, lalu mau ngganti demokrasi dengan memanfaatkan demokrasi? Kalo ditegur marah, nuduh pihak lain antidemokrasi, nggak toleran sama pikiran, padahal belum jadi tindakan.”

“Hahahaha mereka itu antidemokrasi tapi suka manfaatin demokrasi. Yah, mirip serombongan penumpang yang membajak bus lalu ngubah tujuan. Alasannya sejak awal mereka anti sama busnya, trayeknya, dan tujuan akhir. Penumpang lain yang nggak setuju mereka buang ke jurang.”

“Gemblung ya, Mas?”

“Nggak sih. Kalo wong gemblung cuma naik ke atap selagi bus jalan. Berbahaya bagi dia, tapi merugikan sopir karena akan disalahkan kalau si gemblung jatuh.”

¬ Foto asli bus dari Turbosquid.com, orang dan gurun dari Picsart

2 Comments

Zam Senin 14 September 2020 ~ 03.02 Reply

lebih baik daripada “demokrasi terpimpin” ya, paman? 🤭

Tinggalkan Balasan