Rasa penasaran saya belum terpenuhi hingga kini: mendengar pemilik warteg dan warung markas Republik Ngapak ngobrol.
Semalam saya singgah di warung mendoan di depan warung Pondok Selera, Sumir, Jalan Raya Hankam, Jatiwarna, Bekasi, tak mendengar perbincangan dalam dialek ngapak. Saya masuk ke kedai juga tak mendengar ngapak-ngapak dari koki, peracik, maupun kasir.
Saya beringsut ke warung sebelah. Sempat mendengar Bu Warteg bicara dalam logat Tegal kepada suaminya yang sedang menyepak sandaran motor, “Wongé ora ana.”
Di depan warteg ada pikulan dawet ayu banyumas. Si Mbak biasa saja logatnya.
Gagal sudah misi saya untuk beroleh bonus auditif ngapak saat membeli mendoan, ayam kuluyuk, dan dawet malam kemarin, sambil melongok warteg dari tempat saya memarkir sepeda.