Kuncung dan Bawuk mengantarkan undangan, tepatnya pemberitahuan menikah karena takkan ada resepsi atas nama protokol Covid-19.
“Nggak sopan kalo cuma via WA, Tante,” Bawuk menjelaskan kepada Kamsi.
Sebelum pamit, Bawuk menanya Kamsi kenapa cara memanggil Kamso, suaminya, dengan aneka cara.
“Iya, banyak banget,” Kuncung menimpali.
Kamsi menjelaskan, kadang memanggil Kamso apa adanya tanpa Mas, seperti masa pacaran. Kadang menyebut Bapak, terutama di depan anak-anak. Kadang Oom Kamso atau Pak Kamso kalau kawan bicara juga menyebut begitu.
“Sama seperti cara ortu dan eyang kalian,” Kamso menyergah.
Karena ditanya Kuncung, Kamso menjelaskan cara dia memanggil istri. Kadang cuma Kamsi, Si, Bojo, Ibu, dan Nduk.
Ada keterangan tambahan, “Kalo Tante sih punya banyak panggilan buat Oom. Sesuka dia. Bisa Min, Dul, Met, Jon, Mister, Tuan, Bung, kalo habis nonton Cak Lontong manggil Tong, habis dengar Rhoma manggil Bang Rhoma, habis liat TV ada Fadli Zon manggil suami cuma Zon atau Zonk… ”
“Nggak protes, Oom?” tanya Bawuk.
“Pernah, tapi Tante jalan terus. Apa boleh buat, itu cara menunjukkan rasa sayang, katanya.”
“Kok yakin kalo itu panggilan kesayangan?”
“Kalo lagi marah, Tante nggak nyebut nama aneh-aneh yang impulsif itu. Selalu Mas… ”
¬ Foto asli: PNGguru.com
4 Comments
saya kok geli ya manggil, “mamah”, “ibu”, “bunda” kepada istri.. 🤭
Soal kebiasaan dan kesepakatan. Ada yang baru pacaran sudah manggil mama dan papa 😅
Saya sering, pas di rumah, manggil istri saya bos 😁 dan dia pun sering manggil saya bos 😬
Antarbos harus selalu sayang