Post-it bermula dari lem berdaya rekat payah tapi akhirnya 3M dapat duit dari sana. Maka jangan putus asa dengan produk gagal bikinan kita. 😁
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Post-it dalam paket promo selama pandemi Covid-19

Kedatangan paket promo sekotak ATK dari Scotch 3M selama pandemi Covid-19 itu membelokkan ingatan saya kepada nasib baik Post-it. Dalam logo embos dispenser Post-it ada tambahan “Brand”. Ya, itu merek yang menjadi nama benda seperti saudara sepabrik: Scotchlite.

Sejarah Post-it dimulai dari ketidaksengajaan di Amerika. Lem buatan Spencer Silver pada 1968 itu kurang kuat menempel sehingga 3M tak mengembangkan. Lalu sejawatnya, Arthur Fry, pada 1974 memanfaatkan kertas berperekat lemah sebagai pembatas buku lagu gereja. Singkat cerita 3M terkesan dan mendunialah Post-it sejak 1980.

Post-it dalam paket promo selama pandemi Covid-19

Merek Scotch 3M saya kenal saat SD justru bukan sebagai selotip melainkan merek pita kaset kosong C-120 kiriman dari Belanda. Saya ingat ada motif tartan atau kain tenun kotak-kotak. Sekitar sepuluh tahun kemudian setelah versi selotip masuk Indonesia iklannya di koran memakai gambar telur yang kulitnya retak. Selotipnya tak kentara. Eh, baru ingat: selotip itu bermula dari merek Sellotape.

Setelah PC masuk Indonesia, saya mengenal 3M sebagai merek floppy disk. Sebelumnya saya mengenal 3M untuk presentasi dengan OHP (overhead projector) — teknologi ini didepak oleh proyektor LCD.

Waktu saya SMP, dan belum kenal versi selotip, 3M saya kenal dari berita sebagai pelapis pengaspalan jalan di tanah labil.

*) Bukan posting berbayar maupun titipan

2 thoughts on “Post-it sebagai hasil produk gagal tapi laku

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *