Setelah 44 tahun mengisi sebagian keluarga Indonesia, album komik Donal Bebek versi Indonesia akan tamat 29 Juni 2020. Seperti halnya Bobo, pada sebagian keluarga pembacanya terjadi regenerasi. Bahkan mungkin ayah dan bunda berjodoh karena Keluarga Bebek (KB).
Pada 2002, atau 2003, saya lupa, ketika album KB berulang tahun, editornya meminta saya memberikan testimoni. Konon hal itu karena masukan seseorang yang bersaksi bahwa saya penggemar KB.
Mungkin bocoran memalukan ini yang sampai kepadanya. Setiap kali saya menerima album KB terbaru saya pun menikmatinya. Kalau saya terkekeh, teman saya tetangga meja di majalah Jakarta Jakarta, F.X. Rudy Gunawan yang seniman itu, akan membacanya pula, dengan harapan, “Kalo Mas Tyo ketawa berarti ada yang lucu.” Rudy memang berani berspekulasi.
Keluarga Bebek (KB), warga Kota Bebek, bukan kabupaten apalagi daerah khusus maupun daerah istimewa, memang lucu. Tentu saya tidak lucu karena saya tidak suka humor.
Nah, jika Anda memiliki sisa waktu, bacalah catatan seputar album KB…
- Ada masa ketika di Kompas Gramedia (KG) setiap karyawan mendapatkan koran Kompas gratis plus Bobo dan album KB setiap terbit dan majalah lain, termasuk Hai dan tabloid Nova serta Citra
- Lebih dari sekali dengar motivasi orang luar ingin bekerja di KG karena berharap gratisan KB
- Selain KB, Gramedia Majalah (GM) juga menerbitkan komik saku album Walt Disney
- Sama seperti album KB, isinya ada juga Miki Tikus yang tidak lucu karena terlalu lempang kehidupannya — persamaan Miki dan Donal hanyalah berpacaran melulu tanpa menikah (entah kalau akhirnya Miki dan Mini kawin, saya tak dapat undangan)
- Versi majalah, maupun komik saku (beli di koperasi, di dekat rak roti tawar yang enak), saya bawa saat liputan, berguna saat menunggu acara atau wawancara
- Kedua produk itu paling nikmat dibaca saat menunggui rapat komisi dan pleno di DPR zaman Orba yang menjemukan dan garing, namun saya belum pernah khilaf menukar omongan Donal maupun Gober menjadi kutipan politikus dalam laporan
- Album KB dan Disney yang masuk ke Palmerah, markas KG, setahu saya bukan langsung dari Amrik melainkan via Oberon BV, pemilik lisensi Bobo
- Nama-nama tokoh KB hasil naturalisi memang unik, kecuali Cornelis Prul, wali kota Bebek, yang (maaf) mengingatkan saya kepada kata “semprul”
- Donald menjadi Donal, itu sangat mengindonesia, sama seperti bahasa Indonesia menolak dua konsonan akhir dalam kata “import”
- Adapun Kwik, Kwek, dan Kwak memang versi Belanda, kalau versi Amrik ialah Huey, Dewey, dan Louie
- Kalau nama Desi, pacar Donal, di Belanda itu Katrien, di Amrik Daisy
- Nah untuk Paman Gober, itu diserap dari Oom Dagobert (baca: da-kho-bert), serapan Negeri Keju untuk Scrooge McDuck
- Lalu Pokijan sang antagonis seteru Donal itu dalam bahasa Belanda adalah Buurman Bolderbast, sedangkan versi Amrik adalah Neighbor Jughead Jones — dia bukan bebek tapi gukguk
Gambar dari blog Beta – Pelarian Intelektual (2007)*
*) Yang disebut jejak digital ya di blog itu dan cuitan sebuah akun di Twitter orang Bandung beserta gambar sekitar tahun itu. Lebih digital lagi adalah berkas layout siap film, output dari peranti desktop publishing saat itu — mungkin QuarkXpress, mungkin InDesign. Kalau foto repro halaman majalah sih masih tergolong artefak fisik.
4 Comments
no 11 dan 12 ga konsisten nyerapnya :D
:D
nama Pokijan iti sungguh unik.. terkesan ndesit walau tahu Donal dari luar negeri. nama-nama lain hasil naturalisasi yang membekas: Langlinglung dan si Lampu, Mimi Hitam, Titi Teliti, dan keluarga Agus Angsa. jangan lupa Timbuktu, yang kukira dulu hanya nama semu namun rupanya beneran ada.
Timbuktu itu kayaknya kok melecehkan ya