Dari gudang di rumah saya siang ini muncullah kertas bungkus, dari koran Warta Kota, edisi 22 Februari 2001. Saat itu saya sudah tak berkantor di sana, sebuah gedung eks-Media Bank, Jalan Hayam Wuruk No. 122, Jakbar, yang kini menjadi Hotel Santika Premiere (kini nomor 125), bersebelahan dengan Mercure Rekso milik grup Sosro yang hadir dua dasawarsa lebih awal.
Salah satu hal yang saya ingat adalah memperkenalkan koran baru (1999) kepada sumber berita, baik melalui telepon maupun betatap muka. Akhirnya saya sering menambahkan, “Korannya Kompas.” Itu pun tak mudah, karena tak semua orang tahu Kompas punya koran baru.
Nah, suatu siang sepulang dari Glodok mengecek harga dan mewawancarai beberapa pemilik toko, saya ditanya reporter desk saya, “Masa Mas ngeliput sendiri? Kan redaktur, bukan wartawan?”
Saya menahan tawa. Saat itu sebagian orang media mengartikan wartawan sebagai reporter. Padahal redaktur atau editor juga wartawan atau jurnalis.
3 Comments
Redaktur, bahkan Pemred, juga jurnalis.
Sama halnya kepala sekolah juga guru, Kapolri juga pulisi.
mungkin kalo reporter tugasnya me-report, alias mewartakan.. sementara redaktur ya tugasnya me-redact laporan reporter, menyeleksi.. mungkin loh, ini.. 😆
Dari sisi tugas memang beda, tapi redaktur atau editor bisa merangkap reporter. Reporter merangkap editor? Bisa, sebagai project officer suatu liputan tematis.