Timbangan di atas kotak ubi itu celepret oleh tanah. Tapi dia masih berfungsi. Soal akurasi entahlah. Mestinya sih orang metrologi – bukan meteorologi – Kemendag rutin melakukan kalibrasi. Bukan memeriksa lapisan tipis lumpur.
Di kios yang sama di Pasar Kecapi, Jatiwarna, Pondokmelati, Bekasi, Jabar, timbangan digital yang biasanya untuk buah juga kotor. Masih berfungsi, dan lagi-lagi entah soal akurasi.
Saya tak tahu di mana pedagang memeriksakan timbangan. Waktu kecil, di Salatiga, Jateng, sepulang sekolah saya kadang melihat mereka mengantre di halaman kawedanan, ada yang bersila, bersama timbangan dan anak timbangan. Bandul timbangan lawas pasti penuh tato segi lima tanda tera.
Setelah dewasa, saya pernah mendapati selebaran dari Kanwil Perdagangan DKI. Isinya: dosa mengakali timbangan menurut lima agama. Bagus, mestinya akhlak dan kesalehan yang diingatkan ya soal ginian: jangan menipu konsumen.