Kolonyet dari air Köln dulu dijual di bus kota

Colognette, barang jadul mewarnai generasi ortunya milenial Indonesia. Jangan tinggalkan rumah tanpa dia.

▒ Lama baca < 1 menit

Colognette barang jadul mewarnai generasi ortunya milenial Indonesia

Seseorang yang baik hati, tidak congkak, dan semoga gemar menabung, mengirimkan foto temuan di rumahnya: tisu basah Colognette. Dia lupa dari tahun berapa barang itu tersimpan di laci.

Kolonyet, anaknya odoklonyo 4711, memang barang jadul, berasal dari masa orangtuanya generasi milenial Indonesia.

Dulu, 1970-an sampai 1990-an, tisu basah ini dijajakan dalam bus kota Jakarta bersama permen pik (Vicks). Iklan cetak kolonyet tahun 1980-an berslogankan “jangan tinggalkan rumah tanpa dia”. Tisu basah yang selembar, dalam saset, ini bisa masuk dompet pria.

Lalu muncullah pesaing dari Tancho Mandom, yakni Gatsby, dengan target pria. Hingga kini barang ini masih dijual di lapak daring. Tapi untuk Colognette tidak.

Rawat wajah

Pria muda sekarang tak peduli kolonyet, karena lebih sadar merawat wajah. Jangankan setelah naik motor, sesampainya di kantor dengan naik bus atau kereta pun langsung ke wastafel, membasuh muka dengan pembersih wajah. Kolonyet cuma bikin segar sesaat. Setelah itu kulit bisa mengering.

Pilihan sabun mandi sekarang juga hampir sama. Mandi di bawah pancuran maupun dengan mengayun gayung, sabun cair tetap jadi pilihan. Kalau juga mandi di kantor, memelihara sabun batangan tanpa wadah sungguh merepotkan.

Pada masa jaya 4711, juga ada sabun batangan Deocologne dan roll-on deodorant (versi deospray juga ada) dengan merek sama, lisensi resmi, terbikin oleh PT Triple Ace, Cimanggis, Bogor, Jabar.

Sabun batangan Decologne tidak mblenyèk sehingga berani beriklan produknya bisa dipakai sampai keping terakhir. Riset lembaga konsumen waktu itu menyebut sabun ini ekonomis karena tidak lumer di tengah masa pakai. Tak seperti sabun batangan yang konon dipakai bintang film.

Ihwal sang babon, yakni sabun Eau de Cologne, ternyata masih ada yang menawarkan di lapak daring. Untuk sampel tangkapan layar yang saya ambil, karena termurah, ternyata barangnya sudah habis.

Air dari Köln

Sekarang merek tua sejak 1799, yang sempat dimiliki Procter & Gamble, ini tampaknya surut. Pasar lebih meriah. Selera konsumen juga sudah berubah.

Entahlah apakah di kota asal, yakni Köln di Jerman,wisata ke rumah bernomor 4711 masih menarik.

Eau de Cologne, artinya air dari Köln, akhirnya menjadi nama generik untuk wewangian ringan, dengan huruf kecil semua.

Tinggalkan Balasan