Natal tak harus dengan (tiruan) pohon cemara dan salju palsu. Juga tak harus dengan topi sinterklas. Tak berarti semua itu salah. Soal kelaziman saja. Atas nama tradisi.
Mal ini menggunakan hiasan utama pohon imitasi berdaun plastik putih di pintu lobi. Tak apa menurut saya. Dengan janur dan kelapa juga tak soal. Begitu pun dengan piramida botol plastik bekas.
Menjadi aneh jika apa pun rupa hiasan Natal ditolak apalagi di-sweeping. Atribut hari raya di mal adalah bagian dari tema bisnis, untuk menambah penjualan dan pendapatan. Apakah itu salah?