↻ Lama baca < 1 menit ↬

Setahun setelah kompleks itu diresmikan aku baru bisa mampir ke bekas pabrik gula milik Mangkunegaran di Surakarta, Jawa Tengah, itu. Kemasan interior, eksterior, dan lansekap laik medsos. Begitu pula acara di sana semisal pentas jazz.

Satu hal yang aku impikan: takkan ada pedagang kaki lima (PKL) dan pengasong di pelataran maupun pinggir jalan di depan pabrik. Merakyat dan kekumuhan tidak harus menjadi satu paket yang seolah tak terelakkan. Mata dan napas pengunjung harus dimanjakan.

Kalau setahun sekali sebagian pelataran untuk pasar malam – seperti wiwitan pada umumnya pabrik gula zaman dulu – ya bolehlah. Awal musim giling tebu dirayakan dengan pesta rakyat. Tentu tanpa lapak perjudian.

Jangan sampai kasus Benteng Vredeburg Yogyakarta dan Museum Sejarah Jakarta (Fatahillah) dipindahkan ke De Tjolomadoe. PKL dan pengasong menjadi raja, atas nama spirit kerakyatan.