Tampaknya makin banyak orang yang mengabaikan bacaan gratis di kedai. Membacanya saja tak berminat, apalagi membawanya pulang. Orang siapa, kedai di mana? Nah, itu dia! Di warteg dan warung kopi merangkap mi instan, koran kumal edisi pagi pun masih ada yang membacanya pada sore bahkan malam hari.
Masalahnya mereka yang masih doyan numpang baca itu bukan sasaran sejumlah majalah dan koran gratis. Selera dan daya beli mereka tak seperti yang ditunjukkan dalam bacaan di kedai kopi mentereng.