Sulit membayangkan apakah merek yang membawa-bawa nama mertua, terutama ibu mertua, bisa muncul tahun 60-an – 80-an. Sambal ini misalnya, kalau munculnya dulu mungkin dianggap tak sopan, bisa kualat. Demikian pula penginapan Rumah Mertua di Yogyakarta, kalau dulu mungkin dianggap nekat. Namun perkembangan zaman akhirnya bisa menerima bahwa penggunaan nama mertua justru memberi kesan tentang bisnis keluarga yang guyub, hangat, dengan hubungan menantu (perempuan?) dan metua (ibu?) yang mesra.
Sambal metrtua adalah jaminan enak sehingga membuat menantu membanggakannya. Rumah mertua adalah kesaksian tentang tempat yang homy, menantu tak dianggap sebagai tamu, serasa di rumah sendiri, tak usah banyak sungkan, setelah makan ikut cuci piring.