↻ Lama baca < 1 menit ↬

warung nasi mba sindi di pangkalan CH, chandra baru, jatirahayu, bekasi

Suka-suka. Terserah yang empunya nama. Mau “mbak” silakan. Mau “mba” silakan. Demikian pula dengan “pak” dan “pa”, misalnya Es Pa Oyen. Dalam kehidupan Indonesia ada keragaman penulisan panggilan seseorang karena pasal onomatopoeic (apa bahasa Indonesia untuk kata sifat dari onomatope?). Salah satu penyebabnya adalah keragaman bahasa daerah, misalnya Sunda (mba, pa, baso) dan Jawa (mbak, pak, bakso) – padahal keduanya bersebelahan dalam satu pulau.

Ah, itu tadi penyebutan oleh yang bersangkutan. Saya saja, sebagai “orang lain”, masih secara sepihak dan sadar menuliskan “oom” (versi lama, Belanda), bukan “om” (serapan), kan? Kalau tentang Sindi, sangat jelas itu hak beliau. Sama seperti Antyo (bukan Antio) dan Rentjoko (bukan Rencoko).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *