Teman saya ini kalau mengirimkan buku kadang menggunakan bahasa formal pada amplop pembungkus: “Kepada Yth.: Sdr. Antyo Rentjoko”. Pada bagian amplop yang bertuliskan nama pengirim biasanya didahului dengan penanda jadul: “Sip: …” — singkatan “si pengirim”. Setahu saya kini jarang orang yang menggunakan “Sip”.
Menyapa orang dengan “Saudara” itu bisa sangat formal, masih dipakai dalam dokumen kedinasan, bahkan parlemen menyebut presiden pun “Saudara”. Nah, teman saya yang sastrawan dan doktor berdisertasi komik, pun sebagai seniman dia gondrong, sejauh saya tahu pernah sekali menyebut anak buahnya dalam rapat di sebuah kantor majalah dengan “Saudara”.
Saya tak tahu apalah seniman yang lebih tua — misalnya Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono, Toeti Heraty, dan Remy Sylado — memanggilnya “Saudara”. Kalau Sapardi pernah saya lihat menyebutnya “Saudara promovendus” dalam sidang promosi doktor di FIB UI.
Kalau dalam penampilan kesehariannya sih teman saya itu jauh dari formal. Kasual senantiasa.