BERJAJAN BOLEH SAJA AHAAAA ASAL ADA PERLUNYA | Tadi saya lihat karung wadah arang di warung sate Pak Noto, Jatimekar, Bekasi. Karung plastik itu bekas karung terigu Lencana Merah dari Bogasari (ternyata ada 15 jenama terigu di bawah kumpeni itu). Tertulis pada karung itu “tepung gorengan untuk aneka gorengan dan jajanan pasar”. Lho, apa menariknya?
Saya tak tahu sejak kapan kata “gorengan” dan “jajanan pasar” resmi diterima oleh bahasa Indonesia. Kalau KBBI sih sudah menyerap kedua kata itu. Jadi secara tertulis tak masalah. Semua orang dianggap tahu.
Secara lisan, kadang ada orang menyebut wajan atau penggorengan sebagai “gorengan”. Kelebihan percakapan lisan adalah pemahaman kontekstual dan toleransi terhadap penggunaan kata. “Gorengan rusak” tak memaksudkan penganan yang rusak. “Gorengan gurih” tak merujuk wajan panas yang dijilat bahkan digigit.
Yang belum diserap oleh kamus adalah makna lain “goreng” sebagai tindakan manipulatif untuk mematangkan keadaan, misalnya opini untuk menaikkan harga saham. Kelak KBBI akan lebih terbuka karena penggunaan kiasan oleh media berita hampir semuanya terekam dalam internet untuk publik. Oh ya, ternyata “menggoreng-goreng” sebagai istilah dalam sepak bola sudah diakui oleh KBBI.
Perihal “jajan” mulanya agak membingungkan bagi saya. Dulu saya mengiranya itu kata kerja dalam bahasa Jawa. Ternyata kata kerjanya “njajan”. Artinya “jajan” dan “jajanan” itu kata benda, demikian pula kamus mengartikannya. KBBI mengartikan “jajan” sebagai “kue; penganan”, dan “jajanan” adalah “penganan yg dijajakan; kudapan”.
Yang menarik, KBBI juga terbuka terhadap kiasan. KBBI menyebutkan “berjajan” juga bisa bermakna “pergi ke tempat pelacuran”. Saya tak tahu apakah kiasan “berjajan” maupun “njajan” sebagai hiburan dewasa ini masih laku.
Dulu, abad lalu, pujasera (pusat jajan serbaada) di Mangga Besar, Jakarta, bisa berarti aneka tempat hiburan yang menyediakan pekerja seks komersial. Tentang “berjajan” saya baru tahu sekarang dari KBBI. Tiba-tiba, maaf yaaa…, saya mendendangkan “berjajan” dengan lagu Begadang.
Kalau “jajanan pasar”? KBBI menjelaskannya sebagai “penganan, buah-buahan, dsb yg dibeli dari pasar untuk pelengkap sesaji dsb”. Ehm, kalau sekarang jajan pasar (tak harus dari pasar tradisional) adalah hidangan rapat di kantor-kantor – ditemani oleh air kemasan dalam gelas plastik dan kopi siap saji dalam sachet.
Kriteria “jajan pasar” juga makin longgar. Kue sus, yang senampan dengan onde-onde dan lapis, juga diterima sebagai “jajan pasar”. Memaksakan apa yang diyakini sebagai kue tradisional (onde-onde) untuk mempertentangkannya dengan kue ala Belanda (sus) itu percuma. Indonesia ini terus bergerak. Identitas keindonesiaan juga tak pernah usai diobrolkan.